Fakultas Geografi UGM bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Klaten dan KKN PPM UGM meresmikan berdirinya Museum Tani Indonesia dan Kampung Wisata Tani di dusun Selorejo, Krakitan, Bayat Klaten, Kamis (16/9). Peresmian ditandai dengan pemukulan Gong dan penandatanganan prasasti oleh Bupati Klaten Sunarno, S.E didampingi Ketua Pengelola Museum Prof. Dr. Suratman, M.Sc.
Menurut Suratman, ide dan rintisan Museum Tani muncul semenjak tahun 2000. Pada saat itu orang tuanya memiliki gagasan perlunya melestarikan berbagai kegiatan terkait bidang olah pertanian. “Perlu le mbok lestareke,” ucapnya menirukan pesan orangtuanya.
Sehingga tidak mengherankan bila Museum Tani Indonesia ini kemudian menempati kediaman orang tua Prof. Suratman. Selain berbagai koleksi benda-benda pertanian dari berbagai daerah di Indonesia, di museum ini para pengunjung bisa menyaksikan berbagai jenis tanah, adat pertanian, makanan, hewan-hewan disertai gambar-gambar cara orang bertani dari berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu keberadaan Kampung Wisata Tani, kata Suratman, untuk melengkapi keberadaan Museum Tani Indonesia. Dengan berwisata di dusun ini, para pengunjung bisa melakukan home stay di rumah-rumah penduduk. Mereka pun bisa melakukan praktek bertani, outbond di alam desa, memancing, photo action, festival tani dan melihat upacara tradisi tani. Disamping itu para wisatawan bisa terlibat dalam berbagai permainan tradisionil, tari-tari, membaca di perpustakaan tani dan memetik buah langsung dari pohon. “Ada dua puluh lima kegiatan yang bisa dipilih untuk mereka yang berkunjung di Kampung Wisata Tani ini,” tambahnya.
Sebagai penasehat di Kampung Wisata Tani, Suratman menjelaskan bahwa posisi geografis dusun Selorejo, Krakitan, Bayat Klaten ini sangat strategis. Lokasinya diapit oleh dua tempat tujuan wisata yang telah berdiri sebelumnya, yaitu Jimbung dan Rawa Jombor. Dua lokasi wisata yang sudah tidak asing bagi masyarakat Solo, Klaten dan Yogyakarta. “Harapannya museum pun nantinya bisa bertaraf internasional. Oleh karena itu saya meminta kepada Keluarga Mahasiswa Fakultas Geografi untuk membuat proposal bagi wisata di daerah ini,” jelasnya.
Di desa Wisata Selorejo para wisatawan bisa belajar cara membajak dan menggaru sawah dengan hewan sapi. Membajak dan menggaru lahan persawahan tentu menjadi atraksi yang menarik bagi pengunjung yang berasal dari kota besar. Kepada wisatawan juga ditawarkan menikmati suasana pedesaan dengan menggunakan bendi. “Bisa pula melihat orang beternak enthok, kambing, sapi, burung puyuh. Para wisatawan bisa belajar cara-cara pe burung langka semacam burung Jalak Uren atau Jalak Bali,” katanya.
Hal senada disampaikan Bupati Klaten dalam sambutannya. Dikatakannya, bila potensi daerah sekitar sangat mendukung bagi pengembangan Museum Tani Indonesia dan Kampung Wisata Tani. Harapannya dengan pengembangan dua kegiatan ini di dusun Selorejo akan menambah khasanah bagi masyarakat sekitar dan umum di bidang pertanian, karena beragam jenis kegiatan pertanian bisa dikembangkan di daerah ini. “Karenanya kami sangat berterima kasih kepada keluarga Prof. Suratman yang telah memprakarsai berdirinya museum dan kampung wisata tani ini,” tutur Bupati. (Humas UGM/ Agung)