Teknologi informasi (Information Technology-IT) telah merambah hampir ke semua sektor kehidupan abad ini. Mulai dari sarana, prasarana, fasilitas, peralatan, dan semua dokumen kehidupan hingga catatan sejarah telah menggunakan IT. Meski begitu, penggunaan teknologi ini perlu dicermati karena produktivitas akibat penggunaan IT di berbagai bidang kehidupan menghadirkan paradoks di tengah masyarakat.
Menurut Ketua Jurusan Fisika FMIPA UGM, Dr. Jazi Eko Istiyanto, penggunaan IT menyebabkan seseorang harus memiliki salinan dokumen pada berbagai media penyalin, seperti USB flashdisk dan CD-ROM pada berbagai server dokumen atau menitipkan kepada teman. Hal ini dilakukan untuk mencegah jika suatu ketika terjadi kehilangan data.
Di samping itu, ditambahkan Jazi bahwa IT memungkinkan tumbuhnya jejaring sosial melalui mailing list dan social network. Namun sayang, alokasi waktu yang disediakan dalam kenyataan mengurangi waktu produktif. “Teknologi IT menyebabkan kita mengalami banjir informasi (information flood) sehingga produktivitas berkurang karena waktu habis dipergunakan untuk memilah dan memilih informasi,” kata Eko, Senin (20/9), saat berlangsung puncak Lustrum XI FMIPA UGM.
Menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Rantai Nilai DIKW dan Masa Depan FMIPA UGM”, Eko menegaskan IT telah menyebabkan produktivitas berkurang karena maraknya kriminalitas dalam dunia maya (cybercrime) dan meningkatkan pengangguran non-intelek. Teknolohi ini pun menyediakan akses situs porno dan game internet tak terbatas sehingga berpotensi menggerogoti sebagian waktu produktif.
Dijelaskannya bahwa penurunan produktivitas akibat penggunaan IT bukan disebabkan oleh teknologi IT, melainkan karena masih banyak orang belum memiliki kemampuan membedakan antara data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Perkembangan dan perubahan IT tidak akan terbendung. Prosesor generasi yang lebih baru akan terus muncul. Software versi terbaru akan terus mengatasi masalah software versi sebelumnya. Sebagai teknologi pendukung sistem IT dari sisi kapasitas, kecepatan, penyandian data, dan pemilihan saluran data untuk user semakin berkembang dan kompleks. “Namun, yang patut dicermati bahwa teknologi IT telah menghadirkan banyak data. Sebagian data harus disaring sesuai kebutuhan, proses, kualitas SDM, dan struktur organisasi yang dimiliki. Dari data yang ada, perlu disaring sehingga bisa diperoleh informasi. Informasi selanjutnya dapat dikumpulkan dan dicari keterkaitannya menjadi pengetahuan. Dari pengetahuan, akhirnya dirumuskan tindakan terbaik, yaitu sebuah kebijaksanaan yang dapat dilakukan,” jelas Eko di Auditorium FMIPA UGM.
Pada Lustrum XI, FMIPA UGM telah membuktikan kemampuannya mengelola “bisnis” informasi yang dimulai sejak tahun 1955. Bisnis utama FMIPA UGM tidak terlepas dari data (D), Information (I), knowledge (K), dan wisdom (W) yang terdapat dalam ilmu-ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam. Oleh karena itu, agar lebih menjamin masa depan FMIPA UGM yang lebih baik, perlu dikembangkan knowledge manajemen, metoda pembelajaran kreatif dan inovatif, penguatan kemampuan intuisi dan fundamental, integrasi disiplin MIPA dengan kultur masyarakat, inventarisasi peminat-peminat sains, menggalakkan iklim penelitian, penulisan dan penyebaran gagasan. “Selain itu, untuk penguatan paradigma, MIPA diharapkan tidak hanya mendukung ilmu-ilmu rekayasa keteknikan, kesehatan dan pertanian, namun juga mendukung ilmu-ilmu humaniora. Karenanya MIPA didorong untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis sains,” pungkas Jazi Eko Istiyanto mengakhiri orasinya. (Humas UGM/ Agung)