YOGYAKARTA (KU) – Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM terus berbenah diri. Memasuki usianya yang ke-64 tahun, FKH terus bertekad mewujudkan visinya untuk menjadi fakultas kedokteran hewan terkemuka di tingkat nasional dan internasional dengan mengutamakan profesionalisme, meningkatkan kesejahteraan manusia melalui bidang veteriner.
Untuk mendukung visi dan misi tersebut, FKH UGM melakukan pengelolaan sumber daya manusia, dana dan sarana/prasarana secara optimal. Salah satu yang dilakukan adalah dengan meningkatkan jumlah tenaga pendidik bergelar doktor. Sampai dengan akhir Juli 2010, setidaknya FKH UGM telah memiliki 43 tenaga pendidik bergelar doktor atau 52,4% dari seluruh tenaga pendidik yang berjumlah 82 orang. Dari jumlah tersebut, 11 orang di antaranya guru besar. “Peningkatan kualifikasi tenaga pendidik menjadi perhatian utama pimpinan fakultas. Disediakan berbagai skema pendanaan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dosen,” kata Dekan FKH UGM, Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, M.Sc., dalam pidato peringatan Dies Natalis ke-64 FKH, Senin (20/9).
Lebih jauh Bambang menjelaskan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan FKH tidak terlepas dari peningkatan kualitas input mahasiswa baru. Mahasiswa sebagai stakeholders utama fakultas justru mendapat perhatian khusus sejak perencanaan hingga proses penerimaan. Jumlah capaian peminat masuk FKH dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan, dari tahun 2008 sebanyak 1.215 orang, meningkat menjadi 1.502 orang pada 2009, dan 2.031 orang tahun 2010. Sementara itu, jumlah yang diterima juga meningkat. Tahun ini, mahasiswa baru yang masuk melalui penelusuran bibit unggul meningkat tajam, yakni sebanyak 53 orang dari 477 orang pendaftar, sedangkan mahasiswa asing yang mendaftar sebanyak 26 orang. “Peningkatan peminat ini terutama karena image building melalui tindakan proaktif sosialisasi program ke berbagai sekolah,” katanya.
Kenaikan peminat tersebut, kata Bambang, memungkinkan untuk memilih calon mahasiswa dengan kualitas input yang lebih baik. Di samping itu, passing grade calon mahasiswa juga ditingkatkan dari tahun sebelumnya. Bambang juga melaporkan salah satu unit penunjang milik FKH UGM, yakni Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, sejak dibuka resmi pada 5 Agustus 2009 sampai saat ini telah melaksanakan pelayanan kepada 3.976 pasien dan 450 pasien rawat inap. Pasien terdiri atas anjing 1.645 ekor, kucing 1.768 ekor, kelinci 279 ekor, burung 90 ekor, kambing 4 ekor, sapi 14 ekor, dan hewan lainnya, seperti humster, kura-kura, ayam, musang, monyet, ular, musang, tupai, tokek dan iguana mencapai 176 ekor.
Sementara itu, dalam Orasi Ilmiah yang disampaikan oleh Dr. drh. Hery Wijayanto, M.P., mengulas perlindungan plasma nutfah endemik Indonesia melalui akurasi identifikasi spesies dengan memanfaatkan teknologi analisis kromosom. Ia menyampaikan identifikasi satwa endemik Indonesia harus dilakukan oleh pelaku konservasi sebagai bagian mempertahankan kemurnian genetik suatu spesies. Meskipun setiap spesies satwa yang berdekatan kekerabatannya pada umumnya memperlihatkan jumlah dan bentuk kromosom yang mirip, pola ini tidak selalu berlaku pada beberapa famili satwa. “Konservasi genetik melalui identifikasi kromosom hanyalah sedikit dari banyak aspek yang dapat dilakukan untuk pelestarian satwa liar, terutama satwa endemik Indonesia,” terangnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)