YOGYAKARTA (KU) – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP Migas), Kamis (23/9), menjalin kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan untuk pengelolaan sumber energi minyak dan gas bumi. Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama ditandatangani di Ballroom Hotel Sheraton Yogyakarta bersamaan dengan Rapat Kerja Crude Oil Monitoring Lifting and Entitlement (COMLE Meeting) ke-41 yang berlangsung di hotel tersebut pada 23-24 September ini.
Kerja sama yang dijalin diharapkan mampu menjawab persoalan di tengah menurunnya sumber cadangan minyak bumi di Indonesia akhir-akhir ini dan makin bertambahnya sumber gas bumi. Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D., mengatakan terdapat 17 sumber energi di Indonesia. Migas merupakan salah satu sumber energi yang saat ini masih memberikan kontribusi besar bagi penerimaan negara. “Ada 17 sumber energi. Migas memiliki porsi sangat besar. UGM bersama-sama dengan mitranya berusaha mengkombinasikan 17 sumber energi itu untuk keadaban dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sudjarwadi menerangkan energi minyak dan gas bumi merupakan penyangga utama untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu, pengelolaan migas harus dilakukan secara efektif dan efisien serta bertanggung jawab. “Banyak hal yang bisa dilakukan dalam pengelolaan energi agar bisa optimal untuk masa sekarang dan mendatang,” katanya.
Kepala BP Migas, R. Priyono, menyampaikan sektor migas masih sebagai penyumbang utama bagi penerimaan negara meskipun kontribusinya tidak sebesar di era yang telah lalu. “Era tahun 80-an, sekitar 60 persen penerimaan negara dari migas. Saat ini, hanya memberikan kontribusi 30 persen karena sudah ada sumber penerimaan lain dari sektor pertumbuhan industri,” tuturnya.
Priyono mengatakan saat ini sumber energi gas bumi di tanah air cukup melimpah. Potensi ini sebenarnya sudah diperkirakan para ahli sejak dulu, tetapi baru saat ini dimanfaatkan oleh pemerintah. “Era gas bumi di Indonesia ini sudah diprediksi 20 tahun lalu sejak ditemukan potensinya di Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagainya. Namun, tingkat konsumsi kita jauh semakin meningkat. Sosialisasi untuk penghematan energi ini perlu digalakkan,” katanya.
Minimnya cadangan sumber minyak juga diungkapkan Manajemen PT Chevron, Abdul Hamid Batubara. Ia mengatakan di masa mendatang akan semakin sulit ditemukan cadangan sumur minyak baru. Ia menyarankan agar pemerintah meninjau ulang kebijakan produksi minyak dan gas bumi. “Ke depan, lebih sulit mencari sumber minyak. Yang ada adalah gas. Sudah saatnya menyosialisasikan minyak dan gas secara keseluruhan untuk bisa diproduksi 2 juta barrel per hari,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)