YOGYAKARTA (KU) – Amerika Serikat (AS) akan memperbaiki hubungan kerja sama di bidang pendidikan dengan Indonesia. Hal itu disebabkan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke AS semakin menurun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dari sebelumnya yang berjumlah 15 ribu orang, kini menjadi 7.500 orang.
Hal itu dikatakan oleh Dubes AS, Scot Marciel, pada kuliah umum di Balai Senat UGM, Kamis (23/9). Kuliah umum tersebut merupakan pidato resmi pertamanya setelah ditunjuk sebagai Dubes Amerika Serikat yang baru untuk Indonesia menggantikan Cameron Hume.
Marciel mengatakan Pemerintah Amerika telah menganggarkan dana sebesar 165 juta dolar khusus untuk Indonesia guna memperbaiki kerja sama pendidikan. Dana ini digunakan untuk masa lima tahun dan sudah dimulai dilaksanakan 18 bulan yang lalu. “Dana ini nantinya diperuntukkan untuk program pertukaran mahasiswa dan pemberian beasiswa,” katanya.
Untuk meningkatkan jumlah pertukaran mahasiswa, rencananya Pemerintah Amerika Serikat juga akan menggandeng 8 perguruan tinggi ternama di Indonesia untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi di negeri Paman Sam ini. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan standar pendidikan tinggi (PT) di Indoensia setara dengan PT di Amerika. “Kita menginginkan mahasiswa yang datang ke sini juga mendapatkan mutu yang sama seperti di Amerika,” tuturnya. Ia juga menyebutkan jumlah mahasiswa Amerika di Indonesia saat ini kurang dari 100 orang, padahal sebelumnya pernah mencapai 300-400 orang.
Kepada wartawan, Atase Bidang Budaya Kedubes Amerika, Frank J. Whitaker, mengatakan turunnya jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Amerika disebabkan oleh krisis ekonomi yang dulu pernah menghantam Indonesia pada 1997. Kondisi serupa juga dialami oleh Malaysia, Thailand, dan beberapa negara-negara di Asia. Menurutnya, penurunan jumlah pelajar dan mahasiswa juga disebabkan makin ketatnya proses seleksi masuk perguruan tinggi di Amerika. “Dengan tidak menurunkan tingkat kualitas proses seleksi, ke depan kita coba memperbaiki masalah ini,” ujarnya.
Ia menyampaikan ada sekitar 15 juta kursi yang disediakan untuk pendidikan tinggi di seluruh Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 persen di antaranya diperuntukkan bagi mahasiswa asing. “Sekitar 700 ribu kursi untuk mahasiswa asing,” katanya.
Dalam siaran persnya, sebelum ditunjuk sebagai duta besar, Scot Marciel sebelumnya menjabat sebagai Deputi Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Biro Asia Timur dan Pasifik yang bertanggung jawab atas hubungan dengan Asia Tenggara, sekaligus merangkap sebagai Duta Besar AS untuk ASEAN.
Marciel merupakan diplomat karir senior di Dinas Luar Negeri AS, bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada tahun 1985. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Kepulauan Asia Tenggara, Direktur Urusan Asia Tenggara Daratan, dan Direktur Urusan Eropa Tenggara. Marciel dibesarkan di Fremont, California. Ia adalah lulusan University of California at Davis dan Fletcher School of Law and Diplomacy.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., berharap Scot Marciel dapat sukses menjalankan tugasnya yang baru sebagai Dubes Amerika untuk Indonesia. Salah satunya adalah mampu meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang bersekolah ke Amerika. “Sekaligus juga meningkatkan jumlah mahasiswa Amerika yang datang dan belajar di Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)