YOGYAKARTA-Indonesia, seperti halnya di beberapa negara demokrasi lainnya, belum lama ini sempat mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Anehnya, hal itu justru tidak terjadi di negara-negara yang tidak menganut asas demokrasi. Persoalan ekonomi suatu negara dalam pandangan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) disebabkan oleh banyak faktor, seperti politik hingga kebijakan yang diambil pemerintah. “Jika persoalan ekonomi muncul, tentu itu lebih banyak ranah pemerintah yang harus turun tangan. Meskipun nanti dalam praktiknya tetap ada porsi peran masyarakat maupun swasta,†kata Jusuf Kalla ketika berbicara mengenai “Kajian terhadap Perekonomian Indonesia: Perspektif Makro, Fiskal, dan Mikro” di Hotel Hyatt, Kamis (23/9).
Dalam acara yang berkaitan dengan Lustrum XI Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini, Jusuf Kalla mengatakan pada saat suatu negara tengah menghadapi persoalan ekonomi, peran pemerintah harus lebih besar dalam bersikap untuk menyelesaikannya. Meskipun demikian, dalam praktiknya tetap harus ada porsi antara peran masyarakat dan pihak swasta.
Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla berharap agar UGM, khususnya FEB, melalui civitas akademika dan alumninya yang tersebar di berbagai instansi dapat terus berkiprah dan berperan. “Di usianya yang sudah tidak muda lagi, yaitu 55 tahun, diharapkan FEB UGM dan alumni bisa ikut berperan bagi bangsa,†harapnya.
Menurut Jusuf Kalla, mengelola suatu bangsa, termasuk mengelola persoalan yang selalu krusial seperti ekonomi, sebenarnya seperti mengelola sebuah perusahaan atau rumah tangga. Beberapa penyebab terjadinya problem ekonomi di Indonesia, antara lain, terkait cost capital (biaya modal terkait investasi), pembangunan infrastruktur, dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan melibatkan paduan antara ilmu dan pengalaman. “Soal kebijakan penting, misalnya kita salah dalam kebijakan energi, seperti harus impor energi,†ujarnya.
Sementara itu, pembicara lain, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Budi Rohadi dalam talkshow itu mengatakan proses pemulihan ekonomi global masih berlangsung meskipun diwarnai kekhawatiran perlambatan ekonomi. Perekonomian Indonesia, menurutnya, menunjukkan perkembangan yang secara umum terus membaik seperti adanya indikasi pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam tren meningkat, stabilitas sistem keuangan terjaga, dan meningkatnya tekanan inflasi. “Level BI Rate saat ini dipandang masih cukup memadai untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depan dengan tetap mewaspadai mulai meningkatnya tekanan inflasi. Selain itu, BI juga menempuh langkah-langkah untuk memperketat pengendalian likuiditas, khususnya melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM),†kata Budi.
Selain talkshow yang dipandu oleh Anies Baswedan tersebut, sebelumnya juga telah dilakukan penandatanganan kerja sama (MOU) antara FEB UGM dengan BP Migas. BP Migas diwakili oleh Kepala BP Migas, R. Priyono, sedangkan FEB UGM diwakili oleh Dekan FEB, Prof. Marwan Asri, M.B.A. Penandatanganan disaksikan oleh Jusuf Kalla dan Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D. Kerja sama yang disepakati terkait dengan pendidikan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang ekonomi dan bisnis di kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. (Humas UGM/Satria)