Memasuki usia ke-64, Fakultas Pertanian UGM terus berbenah. Fakultas Pertanian terus berupaya mewujudkan visinya menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian dan perikanan yang unggul, baik di tingkat nasional maupun global yang berbasis penelitian.
Guna mendukung visi tersebut, Fakultas Pertanian terus membangun jejaring kerja sama pendidikan dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri. “Berbagai kerja sama yang dirintis menjadi bukti kepercayaan pihak lain pada Fakultas Pertanian UGM. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih mendapat kepercayaan untuk berperan serta dalam edukasi masyarakat maupun dalam konsultasi teknis dan kebijakan,†kata Dekan Fakultas Pertanian UGM, Prof. Ir. Triwibowo Yowono, Ph.D., Senin (27/9), dalam pidato peringatan Dies Natalis ke-64 Fakultas Pertanian.
Di samping melakukan kerja sama pendidikan, dilakukan pula kerja sama dalam hal pengembangan kapasitas institusi dan sumber daya manusia. “Saat ini, fakultas tengah bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI, Pemerintah Namibia, dan Universitas Namibia. Fakultas Pertanian diberi kepercayaan untuk memberikan pelatihan bagi pegawai pertanian Pemerintah Namibia dan mencetak sawah untuk budidaya padi Namibia,†kata Triwibowo.
Disampaikan Triwibowo, dalam dua tahun terakhir jumlah capaian peminat masuk Fakultas Pertanian program sarjana strata satu (S-1) mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, fakultas ini menerima 337 orang dan pada 2010 meningkat menjadi 341 orang. “Meskipun tidak signifikan, namun hal ini menjadi kabar gembira karena menunjukkan minat terhadap ilmu pertanian relatif masih cukup tinggi,†ujarnya.
Hingga saat ini, Fakultas Pertanian UGM mengelola 2.130 mahasiswa, yang terdiri atas 1.555 mahasiswa S-1, 358 mahasiswa S-2, dan 217 mahasiswa S-3. Untuk tenaga pendidik yang aktif saat ini sebanyak 125 orang, yaitu 120 PNS, 2 CPNS, dan 3 swadana. Dari keseluruhan tenaga pendidik, sebanyak 25 orang guru besar dan 39 non-guru besar telah memiliki sertifikat dosen.
Mengembalikan Konsep
Menurut Triwibowo, mengembalikan konsep pendidikan tinggi pertanian menjadi satu program studi (prodi) yang didukung dengan memperkuat kegiatan jurusan menjadi salah satu alternatif solusi terhadap pemasungan paradigma keilmuan pertanian. Dengan pendekatan semacam ini, semua sumber daya di jurusan dapat lebih diarahkan untuk pengembangan keilmuan dan tidak harus terpolarisasi terlalu tajam dalam kegiatan administrasi prodi. “Otoritas keilmuan akan menjadi lebih leluasa dikembangkan melalui riset dan pengembangan konsep serta paradigma yang lebih progresif,†tambahnya.
Dengan banyaknya program studi seperti saat ini dikhawatirkan Triwibowo justru akan menguras tenaga dan pemikiran hanya untuk mengelola administrasi program studi sehingga melupakan pengembangan keilmuannya. “Saya memimpikan kelak masyarakat lebih mengenal dan menghargai Fakultas Pertanian UGM karena pencapaian akademik dan otoritas keilmuannya dibanding sekadar tahu bahwa di lembaga ini ada prodi tertentu. Hal ini tentunya membutuhkan pemikiran bersama yang berbasis pada semangat untuk bergerak maju bersama-sama tanpa melupakan nilai-nilai akademik,†jelasnya. (Humas UGM/Ika)