Sumber daya hayati laut memiliki kerentanan yang tinggi karena kekhasan habitat dan sifat kompleksitas daerah geografi. Daerah pesisir pada umumnya juga lebih rentan terhadap dampak aktivitas manusia. Sebagian besar nelayan kita hanya mengeksploitasi sumber daya yang ada di daerah pesisir karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Hampir semua ekosistem laut yang berada di depan kota-kota besar atau dekat dengan pusat-pusat perkembangan mengalami degradasi yang sangat parah akibat terjadinya pencemaran yang berasal dari aktivitas di darat. “Banyak ekosistem pada umumnya telah berubah fungsi, bahkan dapat dikatakan sebagai ekosistem yang tidak berfungsi lagi,” kata Prof. Dr. Suharsono di Fakultas Biologi UGM, Senin (27/9).
Prof. Dr. Suharsono, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, mengatakan hal itu dalam acara puncak Dies Natalis ke-55 Fakultas Biologi UGM. Menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Hayati Laut Berkelanjutan”, Suharsono mengatakan agar dapat mengelola sumber daya hayati berkelanjutan perlu dipahami konsep-konsep kelenturan ekosistem dan konektivitas ekosistem satu dengan yang lain serta pemahaman tentang adanya spesies kunci dalam ekosistem.
Menurutnya, kelenturan ekosistem atau yang lebih dikenal dengan resilence adalah kemampuan suatu ekosistem untuk dapat pulih kembali jika terkena suatu dampak negatif. Dampak negatif ini dapat berasal dari aktivitas manusia atau dari alam. “Pada akhir-akhir ini, dampak perubahan iklim global di beberapa tempat telah menampakkan hasilnya. Frekuensi kejadian El Nino semakin sering terjadi. Kematian karang secara massal, menurunnya atau hilangnya sumber daya ikan dari suatu tempat yang biasanya berlimpah telah kita lihat dan rasakan,” ujarnya.
Dikatakannya bahwa kelenturan ekosistem ini bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain dan ternyata semua bergantung pada kondisi ekosistem yang ada sebelumnya. Ekosistem yang baik akan memiliki kemampuan untuk pulih lebih cepat daripada yang kurang baik. Bila kondisi ekosistem kurang baik mengalami gangguan, ekosistem akan dapat berubah secara total dan tidak akan pernah kembali pada struktur semula. (Humas UGM/ Agung)