Strategi penghidupan secara implisit mencerminkan adanya prioritas rumah tangga dalam mengurangi risiko kegagalan salah satu komponen dalam strategi penghidupan. Sementara itu kesejahteraan yang akan dicapai biasanya mencakup aspek-aspek material maupun nonmaterial seperti harga diri, rasa aman, kebahagiaan, keberdayaan, kerentanan, stres dan perasaan terkucil.
Dalam konteks kerentanan saat ini telah menempatkan manusia pada kondisi risiko yang semakin tinggi akibat bekerjanya perubahan yang gradual (trend) seperti pemanasan global, perubahan iklim dan globalisasi. Pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi secara pelan namun pasti telah meningkatkan risiko sekaligus memunculkan berbagai bencana dan mengakibatkan berbagai kerugian baik di saat ini maupun yang akan datang.
Demikian pernyataan Prof. Dr. R. Rijanto, M.Sc saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Geografi UGM, di ruang Balai Senat, Kamis (30/9). Ketua jUrusan Sains Informasi Geografis dan Pengembangan Wilayah, Fakultas Geografi UGM ini mengucap pidato “Evolusi Dan Kecenderungan Baru Dalam Pemikiran Pengembangan Perdesaan”.
Dikatakannya pemanasan global dan perubahan iklim telah bersama-sama meningkatkan risiko pada kegiatan produksi di perdesaan, dari ancaman kegagalan panen, munculnya penyakit baru dan terjadinya bencana yang tidak pernah dialami sebelumnya. “Demikian juga globalisasi telah menempatkan masyarakat desa pada satu situasi yang semakin terbuka terhadap kerentanan dan risiko baru yang muncul dari keterbukaan dan integrasi sistem perdesaan dalam tatanan sistem sosial, ekonomi dan politik global,” papar pria kelahiran Kulon Progo, 1 Januari 1962 ini.
Mengingat kecenderungan semakin menguatnya risiko yang muncul akibat pemanasan global, perubahan iklim dan globalisasi, maka pendekatan penghidupan dalam pengembangan perdesaan akan semakin menguat pada waktu-waktu yang akan datang karena secara kontekstual persoalan yang dihadapi rumah tangga perdesaan memerlukan pendekatan penghidupan sebagaimana diuraikan di atas. Berbagai risiko dan kerentanan yang merupakan turunan dari berbagai perubahan global tersebut dapat muncul sewaktu-waktu sebagai bencana atau shock dengan skala lokal sampai regional yang luas dan massive.
Dalam situsi chaos seperti ini, menurut Rijanto pemerintah sebagai pemegang otoritas seringkali tidak efektif, karena organ-organ pemerintah sendiri seringkali juga menjadi korban. “Oleh karena itu kesadaran kolektif masyarakat tentang resiko perlu dibangkitkan melalui edukasi dan peran serta masyarakat lokal. Berbagai peran mereka perlu diberi tempat dalam menghadapi berbagai perubahan tersebut, khususnya dalam rangka pengembangan perdesaan yang lebih sensitif terhadap berbagai macam resiko dan kerentanan,” tandas suami Emi Rusdiyati, ayah dua putra ini. (Humas UGM/ Agung)