Dalam rangka merayakan Konferensi Regional FAO untuk Asia Pasifik ke-30, Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do dan Kyungwoon University Saemaul Academy di Korea Selatan menyelenggarakan International Symposium on Saemaul Undong pada 29 September 2010 lalu. Selain pakar Saemaul Undong, simposium internasional ini diikuti para pemimpin Saemaul Undong di beberapa negara dan peminat Saemaul Undong yang berjumlah sekitar 200 orang dari Korea Selatan, China, Pakistan, Mongolia, Vietnam, dan lain-lain.
Ratih Pratiwi Anwar, S.E., M.Si., Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Pusat Studi Korea UGM menjelaskan Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh almarhum Presiden Park Chung-Hee yang memerintah Korea Selatan pada periode 1961-1979. Saemaul Undong ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan dilaksanakan dengan prinsip kerja sama, disiplin, dan kerja keras. Berkat Saemaul Undong, taraf hidup masyarakat perdesaan membaik, desa-desa mengalami modernisasi, dan semangat gotong-royong masyarakat meningkat.
Di samping itu, Saemaul Undong telah berpengaruh terhadap keberhasilan Korea Selatan menjadi negara anggota OECD pada tahun 1996. “Pada tahun 2000, UNESCAP mengadopsi Saemaul Undong sebagai salah satu model pembangunan perdesaan di negara-negara Asia yang masih berkembang. Hingga kini, model ini telah diimplementasikan di 30 negara, termasuk di Indonesia,” ujar staf pengajar di Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya UGM ini, Kamis (7/10).
Pada International Symposium on Saemaul Undong, ia diundang oleh Saemaul Academy Kyungwoon University untuk memberikan presentasi. Di kota Gyeongju, Provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, Ratih menyampaikan hasil penelitiannya yang berjudul “The Achievement of Saemaul Undong Movement in the Province of Yogyakarta Special Region, Indonesiaâ€.
Selain dirinya, terdapat empat pembicara lain yang turut memberikan sumbang pemikiran dalam acara tersebut. Mereka adalah Presiden Saemaul Undong Center Mongolia (Kuykel Marina), yang berbicara tentang “Green Mongolia 2009â€, Direktur Departemen Kerja Sama Luar Negeri Provinsi Thai Nguyen-Vietnam (Nguyen Duc Hanh), yang mengemukakan “Development Status and Success Stories Saemaul Undong in Vietnamâ€, Profesor Emeritus Kyungpook University (Profesor Kim Kil Ung), yang menyampaikan “Implementation and Improvement of Saemaul Undong in Laosâ€, dan Direktur Kyungwoon University Saemaul Academy (Profesor Choi Jin Keun), yang membicarakan “Results and Future Direction of the Globalization of Gyeongsangbuk-do Saemaul Undongâ€.
Dalam presentasinya, Ratih mengungkapkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi pertama di Indonesia yang menyelenggarakan gerakan Saemaul Undong. Gerakan ini di Provinsi DIY dilaksanakan dalam kerangka kerja sama provinsi kembar antara Provinsi DIY dengan Provinsi Gyeongsangbuk-do Korea Selatan. Kesepakatan mengenai pelaksanaan gerakan Saemaul Undong di Provinsi DIY ditandatangani oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Gubernur Provinsi Gyeongsangbuk-do, Mr. Kim Kwan Yong pada tahun 2008.
Dalam gerakan Saemaul Undong ini, Desa Kampung di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, ditetapkan sebagai desa percontohan (pilot project) Saemaul Undong sejak 2007 hingga 2009. Di desa ini, Provinsi Gyeongsangbuk-do memberikan bantuan berupa hibah untuk pembuatan balai pertemuan desa (Gedung Saemaul), 15 ekor sapi, 5 sumur bor, dan pembangunan jalan desa sepanjang 1.000 meter. “Karena keberhasilannya, maka pada tahun 2010 Desa Salamrejo di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, dipilih menjadi lokasi baru gerakan Saemaul Undong,” katanya.
Untuk keberhasilan program tersebut, Korea Selatan juga mengirimkan Korean volunteers yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan tenaga medis untuk melaksanakan berbagai aktivitas Saemaul Undong di Provinsi DIY. Mereka bekerja sama dengan mahasiswa-mahasiswa Jurusan Bahasa Korea UGM yang juga turut berpartisipasi dalam Saemaul Undong di Provinsi DIY sebagai penerjemah. Partisipasi mahasiswa UGM ini sangat bermanfaat karena menambah pengetahuan tentang pembangunan perdesaan dan pemberdayaan masyarakat desa di Korea Selatan.
Ratih menyimpulkan gerakan Saemaul Undong di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, telah membantu memperbaiki infrastruktur desa, menciptakan pendapatan alternatif bagi petani, menyediakan air bersih yang sangat dibutuhkan warga, dan meningkatkan semangat kerja sama dan kerja keras warga. Di masa depan, gerakan Saemaul Undong sangat mungkin diaplikasikan ke desa-desa lain di Provinsi DIY karena pada dasarnya semangat gotong-royong masyarakat di DIY sangat sesuai dengan prinsip-prinsip Saemaul Undong. (Humas UGM/ Agung)