Fakultas Farmasi UGM bekerja sama dengan Deutscher Akademischer Austauschdienst German Academic Exchange Service (DAAD) menggelar seminar internasional bertema “Chemoprevention for Health Promotion and Beauty”, Sabtu (9/10). Seminar yang bertujuan untuk menggali potensi bahan alam dan hasil sintetik untuk mencegah kanker sedini mungkin ini mendapat dukungan pula dari Nara Istitute of Science and Technology (NAIST), ISCC, dan Larissa Aesthetic Center.
Beberapa pembicara dihadirkan dalam seminar ini, di antaranya Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. (Fakultas Farmasi UGM), Prof. Dr. Hiroshi Itoh (NAIST, Japan), Prof. Dr. Evamarie Hey Hawkins (Leipzig University, Germany), dan Dr. Med. dr. Indwiani Astuti (Fakultas Kedokteran UGM). “Dalam seminar ini kita membahas bagaimana bisa mencegah kanker dengan bahan-bahan yang aman karena selama ini kita mengetahui obat-obat kanker berpengaruh terhadap kecantikan,” terang Dr. rer. Nat. Endang Lukitaningsih, M.Si., Apt. selaku ketua panitia seminar.
Endang berharap industri farmasi dapat mengolah bahan-bahan alami guna mencegah kanker, sekaligus untuk meningkatkan penampilan/kecantikan. Dari keinginan ini, banyak kalangan berharap arah pengembangan obat dapat beralih ke bahan-bahan alami dan obat sintesis. “Dalam seminar ini, pembicara dari Jerman mempresentasikan senyawa-senyawa hasil sintesis anorganik untuk mengenali dan mendiagnosis sel kanker secara dini. Senyawa-senyawa itu diharapkan pula mampu mengobati dengan lebih selektif, mengingat obat-obat kanker selama ini dinilai tidak selektif karena menyebabkan rusaknya sel-sel lain yang yang masih sehat,” tutur Endang di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
Banyak kejadian menunjukkan sehabis dilakukan kemoterapi, rambut pasien penderita kanker menjadi rontok. Demikian pula nafsu makan menjadi turun. “Itu kan berarti merusak sel-sel yang sehat. Misalnya kanker payudara, setelah kemoterapi efeknya menjalar ke seluruh tubuh, berarti sel-sel yang sehat itu kan termakan juga dengan obat,” tambahnya.
Disampaikan Endang bahwa semua pihak berharap senyawa-senyawa yang dikembangkan saat ini bisa mematikan sel kankernya saja. Namun sayang, para penderita kanker saat melakukan pemeriksaan sudah pada stadium lanjut. “Itu pun baru kemudian dilakukan terapi. Kita berharap dengan senyawa-senyawa yang kita bahas ini nantinya mampu mencegah kenker sedini mungkin,” katanya.
Diakuinya, senyawa-senyawa dari bahan-bahan alami dan sintesis ini masih dalam skala laboratorium. Meski begitu, senyawa-senyawa antioksidasi ini telah memberikan bukti dapat berefek sebagai penekan kontrasi sel. Dengan demikian, senyawa-senyawa ini mampu menekan pembelahan sel yang tidak normal pada para penderta. “Sel-sel kanker itu kan menyebarnya sangat cepat. Senyawa-senyawa yang dikembangkan ini memang ada di pasaran. Ia bisa berasal dari laut, seperti terumbu karang atau ganggang. Bahan-bahan semacam ini dipandang memang memiliki senyawa-senyawa yang mampu untuk mencegah kanker,” jelas Endang. (Humas UGM/ Agung)