Sebagai lembaga yang mengelola bidang ilmu multidisiplin, Sekolah Pascasarjana UGM terus memantapkan jati diri dalam berperan di tengah masyarakat. Sekolah Pascasarjana UGM tetap berkeyakinan bahwa untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat dibutuhkan pendekatan multidisiplin. “Jika hanya mengandalkan satu pendekatan saja tidak mungkin untuk menyelesaikan. Yang terpenting dari semua itu adalah sinergi yang semakin baik,” ujar Direktur Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Dr. Hartono, D.E.A., D.E.S.S, Senin (11/10).
Dalam kiprahnya, menurut Hartono, Sekolah Pascasarjana UGM yang telah berhasil meluluskan 1.250 doktor dan 34.000 program S-2 ingin terus berpartisipasi menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Berbagai partisipasi untuk solusi masalah bangsa itu akan diwujudkan dengan menggelar beberapa agenda ilmiah tiga bulan ke depan, antara lain, Dialog dan Bedah Buku Hubungan RI-Mesir (12 Oktober 2010), Seminar Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana (13 Oktober 2010), dan 55 Tahun Konferensi Asia Afrika yang akan digelar pada 25-27 Oktober 2010. Selain itu, akan diadakan pula Konferensi Internasional Mahasiswa Pasacasarjana II pada tanggal 3-4 November 2010 dan Seminar on Tourism and Hospitality Industry pada 29 November 2010.
Terkait dengan acara Dialog dan Bedah Buku Potret Hubungan Indonesia-Mesir dan Jalur Gaza, Muhammad Masrukhi, M.Hum. menjelaskan agenda ini sebagai bagian upaya untuk meningkatkan saling pengertian dan pemahaman antara Mesir dan Indonesia sehingga hubungan baik yang selama ini telah dibina akan tetap terjaga. Hubungan baik kedua negara ini telah ditunjukkan dengan pengakuan kedaulatan RI yang pertama oleh Mesir. “Meski sempat menegang sebentar akibat Mesir membuka jalur diplomatik dengan Israel. Namun, hal itu tidak mengurangi bantuan beasiswa Pemerintah Mesir kepada Indonesia dengan memberikan sekitar 6.000 orang dengan nominal 2,6 miliar rupiah per bulan,” terang Masrukhi.
Dalam bedah buku Potret Hubungan Indonesia-Mesir dan Jalur Gaza, Masrukhi berharap muncul banyak sumbangan pemikiran guna meningkatkan hubungan kedua negara. Mengelola dengan baik dan menghindari hal-hal yang sensitif menjadi salah satu kunci sukses keberhasilan sebuah hubungan.
Sehubungan dengan penyelenggaraan Seminar Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana, Dr. Dina Ruslanjari selaku ketua panitia menjelaskan seminar akan diikuti 244 peserta dengan melibatkan 86 pemakalah. Seminar ini nantinya dibagi menjadi 3 sesi, yakni yang terkait dengan konsep, pendekatan paradigma, dan implementasi serta kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim. “Seminar akan dilakukan dengan tinjauan pendekatan multidisiplin guna mengantisipasi perubahan iklim yang terjadi,” kata Dina.
Turut hadir dan memberikan penjelasan tentang berbagai kegiatan tersebut, antara lain Dr. Widyanayati selaku koordinator pelaksanaan 55 Tahun Konferensi Asia Afrika, Dr. Wening Udasmoro untuk pelaksanaan Konferesi Internasional Mahasiswa Pascasarjana II, dan Dr. Baiquni untuk kegiatan Seminar on Tourism and Hospitality Industry. (Humas UGM/ Agung)