Sikap menunda-nunda (procrastion) dalam lingkungan akademik sering kali kita jumpai. Penunda-nundaan yang melebihi tenggat waktu dan tugas tak jarang menimbulkan kekesalan bagi pemberi tugas dan penyesalan bagi pelaku. Salah satu tugas akademik yang menjadi ajang penunda-nundaan biasanya berupa tugas akhir atau karya tulis (skripsi).
Pengamatan Sia Tjun Djing selama lima semester terhadap 1.502 wisudawan di sebuah perguruan tinggi swasta (PTS) di Jawa Timur menunjukkan 938 (59,3%) wisudawan menyelesaikan skripsi pada bulan terakhir yudisium. Masalah ini, kata Sia Tjun, dapat ditemui mulai dari program S-1 hingga S-3. Gangguan ini ternyata tidak mengenal etnis dan batas negara. Selain itu, hal itu menjadi masalah bersama di banyak perguruan tinggi unggulan ataupun bukan unggulan. “Menunda-nunda sangatlah merugikan dari segi materiil, maka pada tingkat nasional keterlambatan per semester menimbulkan penambahan biaya hingga triliunan rupiah,” ujar Sia Tjun, staf pengajar Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Jumat (8/9), saat melangsungkan ujian terbuka Program Doktor di UGM.
Secara nir-materiil, penunda-nundaan ini sering kali diikuti rasa bersalah, marah, dan tidak berguna. Menunda-nunda tugas dapat memunculkan gangguan karier, konflik peran, dan relasi sosial. Dari sisi perguruan tinggi, keterlambatan kelulusan mahasiswa berdampak pada penumpukan beban kerja dosen. “Masalah ini juga rentan memicu ketidakjujuran akademik, mulai dari ‘jasa pembuatan skripsi’ hingga dengan ‘jual beli gelar’,” tutur Sia Tjun di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.
Dalam disertasi “Pengembangan Alat Ukur Penunda-nundaan Pengerjaan Skripsi”, Sia Tjun menjelaskan meski teori penunda-nundaan telah dipelajari sejak tahun 1980-an, kerangka teoretis komprehensif sesungguhnya baru tersusun pada dua dekade berikutnya, yakni dengan menggunakan pendekatan Teori Motivasi Temporal (Temporal Motivation Theory/ TMT). Pendapat teori ini meyakini penunda-nundaan terjadi akibat rendahya kegunaan subjektif ketika tenggat waktu masih panjang. “Artinya, pengerjaan skripsi cenderung diabaikan ketika tenggat waktu masih jauh. Namun, segera dikerjakan ketika tenggat waktu mendekat. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah wisudawan tiap kali mendekati yudisium. Namun, langsung turun drastis ketika batas akhir terlewati,” pungkas suami Sandra Mungliandy, ayah Kaizen Bagus Asia, yang dinyatakan lulus Pogram Doktor Psikologi UGM dengan predikat cumlaude. (Humas UGM/ Agung)