YOGYAKARTA-Dari sisi sejarah, antara Indonesia dengan India memiliki keterkaitan yang cukup erat. Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung menjadi bukti nyata adanya hubungan kesejarahan tersebut. Saat ini, ketika banyak pihak mengangkat berbagai kemajuan dunia Barat, mulai terjadi arus yang berupaya untuk mengangkat berbagai kemajuan di dunia timur, yakni kawasan Asia. Bukan saja isu seputar kebudayaan, tetapi juga pendidikan. “Upaya untuk ‘melihat Asia’ sehingga Asia sudah tidak lagi dipandang sebelah mata dibandingkan negara Barat atau bahkan dicap sebagai negara miskin serta terbelakang,†ujar Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Dr. Ida Rochani, di sela-sela pembukaan Indian Council for Cultural Relations International Seminar on Cultural and Historical Links Between India and South-East Asia di Gedung Margono Djojohadikusumo, Kamis (14/10).
Pembukaan acara tersebut dihadiri langsung oleh Duta Besar India untuk Indonesia, Biren Nanda, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., serta Vice President Indian Council for Cultural Relations (ICCR), Dr. Bharati Ray.
Ida mengatakan dulu jika bicara mengenai pendidikan, yang menjadi barometer adalah kampus-kampus di AS, Eropa atau Australia. Namun, hal itu sudah mulai bergeser. Perguruan tinggi di Asia sudah memberdayakan para dosen dan mahasiswanya. Pertukaran mahasiswa, dosen, hingga riset (penelitian) juga sudah banyak dilakukan. “Negara-negara Asia, China, Thailand, dan Indonesia terus meningkat, termasuk dalam riset yang dilakukan mahasiswa maupun dosennya,†kata Ida.
Sementara itu dalam sambutannya, Dubes India untuk Indonesia, Biren Nanda, dalam kesempatan itu lebih banyak menyebut hubungan kesejarahan antara India-Indonesia. Di samping itu, India juga terus meningkatkan pembangunan dan kerja sama dengan negara-negara Asean, termasuk Indonesia. “Pendidikan, budaya, investasi, pariwisata, kesehatan, transportasi, dan infrastruktur kita kembangkan,†kata Biren.
Selama ini selain kedekatan hubungan sejarah, banyak pula interaksi yang sudah melibatkan kedua belah pihak. Ia mencontohkan mengenai budaya kreasi batik, lagu-lagu kesenian, dan tari-tarian yang saling mengadopsi antara keduanya.
Hampir senada dengan itu, Rektor UGM, Prof. Sudjarwadi, juga sempat menyebut kedekatan hubungan kesejarahan Indonesia-India, bahkan disebutnya hubungan itu sebagai ‘panggilan romantik’. Hubungan kesejarahan yang diharapkan terus ditingkatkan untuk kemaslahatan umat manusia di masa depan. “Peningkatan hubungan diharapkan bisa menciptakan kemaslahatan bersama bagi umat manusia,†kata Rektor.
Sementara itu, Vice President ICCR, Dr. Bharati Ray, menjelaskan posisi Indonesia sangat penting bagi India. Bahkan, ia menyebut Indonesia merupakan salah satu bagian religi dari mereka. Seminar yang digelar hari ini merupakan permulaan yang diharapkan bisa ditingkatkan di kemudian hari. “Tentu harapan kita bisa terus ditingkatkan peningkatan hubungan kerja sama yang menguntungkan, baik religi, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Soal pendidikan kita juga sudah banyak berikan ratusan beasiswa bagi mahasiswa-pelajar di Asia ini,†kata Bharati.
Hubungan kerja sama yang diwujudkan melalui seminar tersebut diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan yang mengacu pada budaya Timur dan bukan lagi selalu berorientasi pada Barat. Negara, seperti India dan Indonesia, memiliki karakteristik dan identitas yang berbeda dengan negara-negara Barat. “Negara di wilayah Timur tentu memiliki identitas sendiri dibanding negara Barat,†tambahnya.
Dalam pembukaan acara juga ditampilkan beberapa bentuk kesenian berupa musik dan tari-tarian yang mencerminkan keterikatan dan pengembangan budaya Indonesia-India (Humas UGM/Satria)