Puncak acara rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-47 Fakultas Geografi UGM telah selesai dilaksanakan dengan lancar. Acara puncak Dies Natalis berupa seminar nasional bertema â€Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia†diikuti secara antusias oleh mahasiswa S-1/S-2/S-3, guru, dan dosen dari berbagai provinsi. Sekitar 230 peserta memenuhi Ruang Kuliah 1 fakultas setempat.
Setelah seminar, acara dilanjutkan dengan pertemuan para Kaprodi, Kajur, Asosiasi Guru Geografi dan MGMP yang berlangsung di Ruang Sidang 1. Pertemuan dipimpin oleh Prof. Dr. Hartono, D.E.A., D.E.S.S. sebagai pengurus Ikatan Geograf Indonesia (IGI) untuk memformulasikan gagasan-gagasan strategis terkait dengan revitalisasi kurikulum pendidikan geografi pada pendidikan dasar dan menengah.
Acara seminar dibuka oleh Wakil Dekan III, Dr. Luthfi Mutaali, M.S.P., dan keynote speech diberikan oleh Prof. Dr. Suratman, M.Sc. selaku Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia dan sekaligus Dekan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Prof. Dr. Suratman menyampaikan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang bersifat multi-etnik, multi-sumber daya, multi-hazards, dan negara maritim menjadikan keilmuan geografi sebagai keilmuan dasar yang harus dipelajari sejak dini. Geografi mutlak diperlukan, baik sebagai wawasan kebangsaan, nasionalisme, ketahanan nasional maupun dalam pembangunan bangsa. Selain itu, sejak lahir, manusia sudah belajar geografi, antara lain belajar letak benda, arah, juga lokasi tempat-tempat penting. Dengan demikian, geografi merupakan ilmu yang fundamental dalam kehidupan manusia.
Dalam kesempatan tersebut, pembicara dari Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Sri Hayati, M.Pd. dan Dr. Erry Utomo dari Kemendiknas menggarisbawahi untuk mempersiapkan geograf andal, perlu ada keterpaduan antara pendidikan geografi pada pendidikan dasar-menengah dan pendidikan tinggi. Permasalahan yang terjadi selama ini adalah kurikulum geografi pada pendidikan dasar masuk dalam kategori mata pelajaran IPS. Sementara itu, pada jenjang SMA jurusan IPA, khususnya kelas XI dan XII, mata pelajaran geografi tidak diberikan, padahal syarat masuk pada Fakultas Geografi nonkependidikan di perguruan tinggi adalah ijazah IPA.
Narasumber dalam seminar tersebut berasal dari berbagai kalangan, meliputi perguruan tinggi nonkependidikan (Fakultas Geografi UGM), perguruan tinggi kependidikan (UNY, UPI Bandung), wakil dari Guru SMA, mahasiswa, siswa SMA pemenang olimpiade geografi dan olimpiade kebumian dari SMA N 1 Banjarnegara dan SMA N 8 Yogyakarta. Para siswa SMA berpendapat bahwa perlu ada upgrading dan diklat guru-guru geografi untuk memperbaiki kompetensi mereka dalam membimbing para siswanya, terutama dalam menghadapi olimpiade geografi dan kebumian.
Dalam seminar tersebut, Dr. Mukminan dari Universitas Negeri Yogyakarta mengimbau partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, baik perguruan tinggi, SMA, SMP, SD,maupun asosiasi profesi (IGI, IGEGAMA, IMAHAGI, HMG/HMJ/HMPS, Asosiasi Guru Geografi Indonesia, MGMP), untuk terlibat aktif dalam peninjauan kembali standar isi kurikulum dan standar kompetensi lulusan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Dalam peninjauan kurikulum diharapkan ke depan keterpaduan dan benang merah pendidikan geografi di Indonesia, baik pada pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi, dapat terwujud. (Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc.)