Sebagai salah satu tanaman holtikultura, anggrek memiliki nilai estetika dan ekonomi yang sangat tinggi. Keindahan dan keawetan bunganya serta bentuk tanamannya yang artistik menjadi tanaman ini bernilai jual tinggi, baik sebagai tanaman hias maupun bunga potong. Oleh karena itu, anggrek sangat potensial untuk dikembangkan dalam usaha agribisnis. Hal ini pula yang menyebabkan anggrek menjadi suatu komoditi ekspor nonmigas yang harus diperhitungkan guna menambah devisa negara.
Dr. Ir. Aziz Purwantoro, M.Sc. mengakui untuk mendukung tujuan tersebut diperlukan semacam forum pertemuan yang mampu memberikan arahan kepada masyarakat pecinta anggrek tentang kejelasan kebijakan-kebijakan untuk mengatur agribisnis anggrek dan agrowisata di Indonesia. Dengan menggelar pertemuan, diharapkan diperoleh masukan dari para pakar anggrek dan akademisi tentang perlunya konservasi anggrek-anggrek alam di Indonesia, di samping kiat-kiat meningkatkan mutu tanaman anggrek dengan teknologi modern. “Pengetahuan yang berharga ini sangat diperlukan, terutama untuk para pelaku bisnis anggrek, agar mendapat gambaran yang jelas tentang prospek agrobisnis di Indonesia,” ujarnya di University Club UGM, Rabu 27/10), saat berlangsung Seminar Internasional Konservasi dan Agribisnis Anggrek bertema “Anggrek sebagai Komoditi Agribisnis Unggulan”.
Sebagai ketua umum penyelenggara kegiatan International Orchid and Agro-Expo 2010, Aziz mengatakan keanekaragaman anggrek yang tinggi di Indonesia perlu didukung agar pengelolaannya dapat berkelanjutan sehingga dapat memberikan nilai positif bagi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan demikian, kerja sama antara pemerintah, petani, pedagang, para peneliti, dan akademisi serta stakeholder lain yang terkait menjadi mutlak diperlukan guna mewujudkan anggrek sebagai komoditas pertanian unggulan.
Selain sebagai ajang pertukaran informasi antarpecinta, petani, dan pengusaha anggrek di Indonesia dan dunia internasional, Seminar Internasional Konservasi dan Agribisnis Anggrek 2010 bertujuan pula untuk memperkuat dan mengembangkan agroindustri dan industri berbasis agro di Indonesia dan dunia internasional. Kegiatan yang digelar UGM bersama Kadin Indonesia Wilayah Tengah dan Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta ini diisi oleh pembicara dari dalam dan luar negeri, antara lain Dr. Irawati (Kebun Raya-LIPI), Dr. Endang Semiarti (UGM), Prof. Syoichi Ichihasta (Nagoya-Japan), dan Dr. Alex Chang (NTU-Taiwan).(Humas UGM/ Agung)