YOGYAKARTA (KU) – Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM memberangkatkan Tim Rapid Need Assessment yang terdiri atas 30 mahasiswa untuk melakukan pendataan kebutuhan mendesak yang diperlukan di 23 barak pengungsi di seluruh Kabupaten Sleman. Data tersebut nantinya akan disampaikan melalui sistem informasi online sehingga dapat diakses oleh siapapun yang berkepentingan. “Tim ini akan menginventarisir kebutuhan apa saja yang dibutuhkan para pengungsi yang berada di kawasan Sleman,” kata Koordinator Tim Peduli Merapi-Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Prof. Dr. Sudibyakto, Kamis (28/10).
Selain mendata kebutuhan cepat yang diperlukan para pengsungsi, tim relawan mahasiswa ini juga melakukan survei cepat kerentanan wilayah, baik dari bangunan fisik maupun sosial, dan mengevaluasi kelayakan zonasi pemanfaatan ruang. “Kita akan mendata tingkat kelayakan pemanfaatan ruang, seperti kondisi lingkungan, bangunan rumah penduduk, dan segala macamnya,” katanya.
Menurut rencana, 30 mahasiswa ini selama satu minggu ke depan akan membuat pemetaan tingkat kerentanan dan kerusakan wilayah yang ditimbulkan sebagai dampak bencana letusan Merapi. Informasi tersebut akan disampaikan setiap hari ke posko UGM guna pelaksanaan ujicoba standard operating procedure (SOP) untuk tanggap darurat bencana Merapi.
Sudibyakto menyampaikan saat ini UGM, BNPB, dan DP2M Dikti tengah menyusun SOP untuk lima jenis bencana di Indonesia, yakni gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, dan tanah longsor. “Selama ini, tidak ada pelaksanaan SOP dalam penanganan bencana, yang ada hanya kontigensi plan dari masing-masing instansi,” tuturnya.
Sudibyakto menerangkan SOP penanganan bencana memang belum diberlakukan secara nasional karena masih dalam proses penyusunan oleh para tim ahli. Direncanakan SOP ini akan selesai disusun hingga Desember tahun ini. “Dari aturan SOP ini akan diberlakukan secara nasional. Bagi pihak yang tidak melaksanakan akan diberlakukan law enforcement (penegakan hukum),” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)