• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • 'Tolong-Menolong', Cara Ampuh Atasi Masuk Angin

'Tolong-Menolong', Cara Ampuh Atasi Masuk Angin

  • 29 Oktober 2010, 08:30 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 22696
  • PDF Version
'Tolong-Menolong', Cara Ampuh Atasi Masuk Angin

YOGYAKARTA (KU) – Bagi orang Jawa, masuk angin dianggap sebagai gangguan kesehatan yang biasa atau lumrah, bahkan sering dianggap sebagai penyakit harian. Pemahaman konsep Jawa mengenai masuk angin terkait dengan angin yang masuk ke dalam tubuh sehingga seluruh tubuh menjadi dingin. Angin yang bersifat dingin tersebut apabila terdapat di dalam jumlah yang tidak seimbang akan menimbulkan gangguan kesehatan. Teori penyebab penyakit ini pun muncul lebih didasarkan pada naturalistik daripada personalistik. "Bagi orang awam, masuk angin dianggap terjadi karena kehujanan, perut kosong, atau pencernaan kurang beres. Bagi orang Jawa justru berbeda, dapat berupa fisik maupun mental, bahkan keduanya," kata antropolog UGM, Dra. Atik Triratnawati, M.A., dalam Seminar ‘Masuk Angin: Konsep Jawa vs Modern dan Implikasi Pengobatannya’ yang digelar di Gedung Masri Singarimbun, MSK UGM, Kamis (28/10).

Atik menyebutkan orang Jawa mangganggap masuk angin dapat terjadi akibat kelelahan, kehujanan, kedinginan, kepanasan atau perubahan panas ke dingin dan sebaliknya secara mendadak, banyak pikiran, kurang tidur akibat begadang, terlambat makan, tidur di lantai tanpa alas, juga terkena angin yang keras.

Orang Jawa membedakan masuk angin berdasarkan atas berat ringannya gejala, banyak sedikitnya jumlah gejala, serta mudah tidaknya dalam proses penyembuhan. Pertama, masuk angin ringan ialah masuk angin yang dirasakan gejalanya tidak terlalu berat, tidak sampai muntah ataupun diare, masih mampu bekerja atau beraktivitas serta doyan makan dan minum meski tidak sebanyak saat sehat.

Kedua, masuk angin berat, yakni masuk angin dengan gejala yang beragam dan berat, termasuk diikuti muntah-muntah dan diare. Ketiga, masuk angin kasep adalah masuk angin yang dibiarkan atau tidak dirasakan oleh penderitanya sehingga berubah menjadi berat, bahkan membawa kematian yang bersifat mendadak. "Diawali dengan masuk angin biasa, kemudian masuk angin berat. Akan tetapi, oleh penderitanya hal itu tidak dirasakan serta tidak segera ditanggulangi," katanya.

Kematian mendadak sering diawali dengan rasa tidak enak badan, sesak nafas atau keluar banyak keringat yang disebut sebagai angin duduk. "Bagi orang Jawa, masuk angin duduk dianggap sebagai masuk angin yang berbahaya sebab umumnya penderita tidak mampu ditolong lagi," tambahnya.

Berbeda dengan kalangan medis, yang lebih menganggap masuk angin hanyalah kumpulan gejala seperti flu atau penyakit lainnya sehingga penyembuhannya cenderung menekankan pada aspek klinis yang mandiri dan terpisah dari unsur budaya. "Khusus untuk angin duduk, bagi paramedis dianggap sebagai gangguan pembuluh darah yang jika dibiarkan menjadi serangan jantung," katanya.

Namun demikian, dalam mengatasi masuk angin, orang Jawa menggunakan penyembuhan holistik, yakni berupaya mengembalikan keseimbangan jagat gedhe (makrokosmos) maupun jagat cilik (mikrokosmos), artinya manusia berupaya memperbaiki relasi sosial, baik dengan sesama, lingkungan alam, maupun Tuhan. "Penyembuhan holistik melihat manusia secara komplit, artinya pasien bukan hanya sekadar tampilan jasad yang harus dibebaskan dari bakteri maupun penyakit fisik lainnya, melainkan lebih dari itu," kata staf pengajar Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM ini.

Bagi orang Jawa, kebiasaan melakukan kerokan, pijat, minum jamu, dan minuman bersoda dipercaya mampu mengembalikan keseimbangan individu, baik fisik maupun metafisik. Bahkan, pasca pengobatan, perilaku orang Jawa akan berubah lebih pasrah, sabar, dan nrima atas apa yang akan terjadi, baik kesembuhan maupun ketidaksembuhan. Dengan sugesti yang kuat akan penyembuhan yang dilakukan, akan mampu mempercepat proses kesembuhan.

Ia menerangkan dalam pengobatan holistik tidak hanya individu yang diperlakukan secara pribadi, tetapi juga ada unsur merawat, artinya individu yang tidak mampu merawat diri sendiri saling bantu dengan yang lain. Di sini kasih sayang akan muncul. Kerokan pun mengandung unsur tolong-menolong sebab meskipun penderita mampu mengerok diri sendiri, tetapi ada bagian tubuh tertentu yang mesti dikerok oleh orang lain karena keterbatasan jangkauan tangan manusia. "Kerokan menunjukkan sifat tolong-menolong antar sesama. Saat ini diminta mengerok, lain kali ganti akan meminta dikerok. Hal ini menunjukkan bahwa bagi orang Jawa hidup itu pun tidak mungkin tanpa bantuan orang lain," ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • UGM Gelar Lomba Desain Kincir Angin Tingkat Nasional

    Friday,09 November 2012 - 7:56
  • 31 PT Ramaikan Kompetisi Kincir Angin

    Thursday,28 November 2013 - 11:49
  • DIY Rawan Angin Kencang

    Wednesday,31 January 2018 - 9:27
  • Fenomena Angin Ribut

    Wednesday,21 March 2007 - 10:48
  • Satmenwa UGM Gelar Bakti Yudha XL

    Tuesday,21 November 2017 - 10:07

Rilis Berita

  • Mendiskusikan Borobudur Sebagai Kawasan Wisata Super Prioritas 28 June 2022
    Borobudur berbeda dengan destinasi-destinasi wisata yang lain, semisal Dieng, Sangiran dan lain-l
    Agung
  • Epilepsi dan Penanganannya 28 June 2022
    Epilepsi atau banyak dikenal sebagai ayan adalah gangguan kelistrikan yang terjadi di dalam otak.
    Satria
  • UGM Dukung Mitigasi Perubahan Iklim Lewat Kegiatan Tridarma 27 June 2022
    UGM menyatakan komitmennya dalam upaya mendukung mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global
    Ika
  • Peneliti UGM Beri Masukan Terkait Pengelolaan Cukai Tembakau ke BAKN DPR 27 June 2022
    Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (B
    Gloria
  • Epidemiolog UGM: Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Klaster Libur Lebaran dan Varian Omicron Baru 27 June 2022
    Belakangan ini jumlah kasus harian Covid-19 lebih dari 2,000 kasus. Total jumlah kasus aktif hing
    Gusti

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual