YOGYAKARTA (KU) – Bentuk kepedulian terhadap para korban dan pengungsi Merapi tidak hanya ditunjukkan oleh masyarakat dari dalam dan luar Yogyakarta. Kepedulian yang sama juga ditampakkan oleh mahasiswa asing yang kuliah di UGM. Mereka menggalang bantuan dengan ikut serta memeriahkan GamaFest International Food Bazaar yang dilaksanakan Sabtu (30/10) sore di pelataran Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Tidak tanggung-tanggung, festival masakan dan makanan internasional ini diikuti oleh mahasiswa asing dari 24 negara, antara lain dari Korea Selatan, Yaman, Papua Nugini, Belanda, Jerman, Australia, Jepang, India, Laos, Vietnam, Thailand, dan Afrika.
Uniknya, setiap pengunjung yang datang pun dapat mencicipi dan menikmati langsung makanan khas dari berbagai macam negara dengan harga murah untuk setiap porsinya, mulai dari harga Rp2.000,00, Rp3000,00 hingga Rp5.000,00. Uang tersebut nantinya akan dikumpulkan dan disalurkan langsung kepada pengungsi bencana Merapi.
Masing-masing stand menyediakan kotak dana yang bertuliskan ‘Bantuan untuk Merapi’. Bahkan, di pintu masuk pameran, panitia juga menyediakan dua celengan besar yang bertuliskan ‘donate your coins here’. “Kita ingin mengetuk hati para pengunjung untuk memberikan kepedulian kepada saudara kita di Merapi,†kata Wiwit, salah satu panitia pelaksana.
Quang, salah seorang mahasiswa asing asal Vietnam yang berkuliah di Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, kali ini memperkenalkan dua masakan khas dari negaranya, yakni Che Trou uoc dan Cha Gio. Bersama dengan salah satu teman senegaranya, Sulaiman, keduanya tidak segan-segan mempromosikan makanan khas buatan mereka kepada setiap pengunjung yang menghampiri stand mereka. “Mari, silahkan dicoba, cukup Rp3.000,00 saja. Uangnya untuk dana Merapi,†katanya berpromosi.
Lain halnya dengan Pio, mahasiswi asal Laos ini memperkenalkan salah satu menu makan pagi masyarakat Laos yang terdiri atas nasi, sayuran, sambal, dan irisan daging yang digulung kecil-kecil. “Kami juga memperkenalkan pudding khas laos yang beroma pandan,†kata Pio yang ditemani dua temannya.
Kepada wartawan, Pio mengaku merasa senang sekali dapat memperkenalkan masakan khas negaranya, apalagi ia juga berkesempatan dapat berkenalan dengan mahasiswa asing lainnya di UGM. “Saya baru dua bulan di sini, saya ambil (jurusan) bahasa Indonesia di UGM. Maaf, bahasa Indonesia saya belum lancar,†katanya sedikit malu.
Pio dan Quang merupakan salah satu dari ratusan mahasiswa asing yang berkuliah di UGM. Mereka diajak berpartisipasi dalam memperkenalkan masakan dan seni budaya masing-masing.
Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM, Dr. Rachmat Sriwijaya menerangkan kegiatan semacam ini rutin digelar setiap tahun untuk memperkenalkan masakan masing-masing negara. “Mereka bisa memperkenalkan budaya melalui makanan yang bisa dinikmati masyarakat Yogya dan antar mahasiswa asing sendiri,†katanya.
Rachmat menuturkan semua mahasiswa asing yang berkuliah di UGM dilibatkan dalam kegiatan ini. KUI selaku pelaksana, selain menyediakan tempat, juga memberikan dana inisiasi bagi mahasiswa asing untuk membuat masakan masing-masing. “Semua mahasiswa asing dilibatkan di sini. Kita ingin mereka yang kuliah di UGM merasa seperti tinggal di rumah sendiri,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)