YOGYAKARTA (KU) – Tim Rapid Need Assessment, Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, melaporkan jumlah pengungsi bencana erupsi Gunung Merapi bertambah dari waktu ke waktu. Menurut catatan, pada tanggal 27 Oktober 2010, jumlah pengungsi diperkirakan sebanyak 10.000 jiwa yang tersebar di tujuh barak pengungsian. Jumlah pengungsi bertambah menjadi 13.481 jiwa dan tersebar di sembilan barak pada 28 Oktober. Pada hari berikutnya, 29 Oktober, jumlah pengungsi baru bertambah sebanyak 1.735 jiwa. “Kini, jumlah pengungsi menjadi 15.216 yang tersebar di sembilan barak pengungsian,†kata Koordinator Tim Peduli Merapi PSBA UGM, Prof. Dr. Sudibyakto, Sabtu (30/10).
Sudibyakto menyebutkan sembilan barak pengungsian tersebar di tiga kecamatan, Turi, Cangkringan, dan Pakem. Sembilan barak yang dimaksud adalah Hargobinganun (4.591 jiwa), Kepuharjo (1.936), Glagaharjo (716), Wukirsari (202), Pakem (102), Umbulharjo (2.632), Wonokerto (1.963), Girikerto (1.097), dan Purwobinangun (1977).
Jumlah pengungsi yang cenderung meningkat ini perlu mendapat penanganan serius. Meskipun jumlah pasokan bantuan terus meningkat, tetapi dibutuhkan sistem pendistribusian yang merata. “Distribusi bantuan ini perlu ditangani dengan baik mengingat jumlah pengungsi kini terus meningkat dari waktu ke waktu,†katanya.
Dari pengamatan tim Rapid Need Assessment (RNA), diketahui beberapa barak pengungsian telah melebihi daya tampung, seperti Umbulharjo dan Glagaharjo. “Daya tampung dua barak pengungsian ini overload,†kata Ardila Yananto, salah satu anggota tim.
Di barak pengungsian Umbulharjo juga memiliki cukup pasokan makanan, tetapi untuk obat-obatan, pakaian dalam, dan sanitasi masih sangat kurang. Di barak Kepuharjo dibutuhkan makanan, khususnya untuk anak-anak dan balita, pakaian dalam, obat-obatan, sanitasi, serta alas tidur.
Sementara itu, di barak Wonokerto, dari hasil pemantauan diketahui bahwa para pengungsi membutuhkan makanan, obat-obatan, dan keperluan anak-anak. Berikutnya, barak pengungsian Girikerto membutuhkan air bersih, pakaian, sanitasi, dan makanan, khususnya untuk anak-anak dan balita. Sebagian besar barak pengungsian Hargobinangun, membutuhkan pasokan obat-obatan, sanitasi, dan pakaian. “Di sini terdapat 64 bayi sehingga bantuan makanan bayi dan perawatan kesehatan perlu diperhatikan,†imbuhnya. Di barak pengungsian Wukirsari yang dipenuhi oleh anak-anak dan balita, diperlukan bantuan tenaga pengajar dan kebutuhan sekolah untuk mengisi waktu selama dalam pengungsian. (Humas UGM/Gusti Grehenson)