BANTUL (KU) – Sekitar 30 mahasiswa Kedokteran melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Sabtu (30/10). Sekitar kurang lebih seratus warga dari kalangan petani dan buruh bangunan memeriksakan kesehatannya. “Sebagian warga yang datang periksa adalah para orang tua dan lansia,†kata Dimas Wirawan, koordintor acara Medical Action Week.
Warga yang datang memeriksakan kesehatan berupa general check up, mulai dari pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Selain itu, mereka juga diperiksa tingkat kadar gula darah secara gratis. Mereka juga mendapat penyuluhan kesehatan tentang gaya hidup sehat dan bersih. “Selesai periksa, kita menyediakan minuman susu gratis,†kata Bima.
Bima menjelaskan dalam kegiatan pelayanan kesehatan kali ini pihaknya melibatkan dua orang dokter dan dibantu dari mahasiswa yang tergabung dalam tim bantuan medis FK UGM. “Semua obat-obatan dari persediaan tim bantuan medis mahasiswa,†katanya.
Program pengabdian masyarakat ini rutin diselenggarakan setiap tahun, sedangkan untuk Desa Srimartani merupakan yang kedua kalinya. Bahkan, desa ini telah dijadikan sebagai desa binaan dari keluarga mahasiswa FK UGM dalam pelayanan kesehatan. Di desa ini, terdapat 13 pedukuhan. “Di beberapa dukuh, setelah kita survei, ada warganya yang terkena chikungunya,†ujarnya.
Disampaikan Bima, untuk kegiatan pelayanan kesehatan kali ini, pihaknya menargetkan sekitar 100-200 warga yang memeriksakan kesehatannya. Dari jumlah tersebut, tidak sedikit yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus. “Kebanyakan mengeluh sering sakit kepala, pusing-pusing, pegal, hingga ada yang hipertensi,†katanya.
Kepala Dukuh Kwasen, Desa Srimartani, Awali (56), mengaku menyambut baik program pelayanan kesehatan semacam ini. Menurutnya, antusias warga sangat baik, ditandai dengan banyaknya warga yang datang memeriksakan kesehatannya. “Antusias warga cukup baik untuk kegiatan ini,†katanya.
Ia mengatakan di pedukuhannya terdapat 363 kepala keluarga, kebanyakan berprofesi sebagai petani dan buruh bangunan. Sepertiga warga termasuk keluarga kurang mampu, bahkan beberapa di antaranya tidak dapat berobat untuk penyakit tertentu karena tidak mendapat pelayanan jamkesmas. (Humas UGM/Gusti Grehenson)