MAGELANG (KU) – Untuk mengurangi rasa jenuh pengungsi yang tinggal di tenda pengungsian, salah satu yang dilakukan adalah dengan menghibur mereka lewat hiburan musik. Ratusan pengungsi di Lapangan Klangon, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, ternyata memang cukup terhibur dengan adanya kehadiran musik organ tunggal. Keceriaan terlihat dari raut wajah puluhan anak-anak dan ibu-ibu serta orang tua saat diajak menyanyikan lagu-lagu campursari dan pop yang sedang naik daun.
Kehadiran hiburan musik, diakui korlap pengungsi, Sumarno (46), dapat menjadi obat jenuh. Tak dapat dipungkiri, para pengungsi sudah mulai tidak betah hidup berdesak-desakan di tenda sejak diungsikan. “Sudah sepekan mereka di sana. Hiburan musik cukup menghibur sekali buat mereka,” katanya.
Dodolelono (30), salah seorang penyanyi yang dibawa Grup Bagus Musik, mengaku dalam sepekan ini ia berkeliling ke beberapa lokasi pengungsian untuk menghibur. Tiap hari ia memiliki jadwal manggung, tidak lagi di kafe atau acara perkawinan, tetapi di barak-barak pengungsian. “Kita tampil di sini tidak dibayar, betul-betul inisiatif sendiri untuk menghibur pengungsi,” katanya.
Pria asal Srumbung, Muntilan, ini mengaku dirinya dibesarkan di daerah yang berlokasi dekat dengan Merapi. Oleh karena itu, semangat untuk menghibur pengungsi cukup kuat dalam dirinya. Tidak heran, dalam sepekan ini ia bergonta-ganti tempat untuk tampil menyanyi. “Khusus di (Kecamatan) Sawangan, kita datang sore hari. Untuk daerah sekitar kota Muntilan dan Magelang, kita tampil malam hari,” ujarnya.
Menurut Dodo, waktu yang tepat menghibur pengungsi adalah sekitar pukul 14.00 hingga 17.00. Biasanya, pada waktu itu para pengungsi sedang tidak melakukan aktivitas. “Jam-jam itu biasanya pengungsi sering melamun, meratapi hidupnya,” katanya.
Di lapangan Klangon, Dodo ditemani dua orang penyanyi lainnya, yakni Menuk (36) dan anaknya, Karen (11). Suasana tambah meriah saat Menuk memanggil Karen untuk menyanyikan sebuah lagu. Sontak, pengungsi anak-anak bertambah ceria dan senang karena dihibur oleh artis cilik seusia mereka. (Humas UGM/Gusti Grehenson)