YOGYAKARTA (KU) – Kuncoro Budiwinarto, pegawai Fakultas Hukum UGM yang tinggal di Dusun Mbronggang, Argomulyo, Cangkringan, menjadi korban letusan Merapi pada Jumat kemarin. Istri dan dua orang anaknya serta satu orang keponakan ikut menjadi korban. Hanya anak pertamanya, Ade Surya Digsinaga (21) yang berhasil selamat. Sampai informasi ini diturunkan, jenazah Kuncoro yang sudah dievakuasi ke Ruang Forensik RSUP Dr. Sardjito belum juga teridentifikasi. “Anaknya yang pertama selamat, tapi mengalami luka bakar sekitar empat persen, di tangan dan di mukanya,” kata Suranto, salah seorang kerabat Kuncoro yang ditemui di rumah sakit tersebut, Sabtu (6/11).
Diceritakan Suranto, Kuncoro meninggal karena terkena awan panas sekitar pukul 00.30 Jumat dini hari. Saat itu, Kuncoro bersama keluarganya berencana mengungsi menyelamatkan diri dengan mengendarai mobil. Belum sempat menaiki kendaraan, mereka sudah terkena awan panas Merapi. “Ade sempat menyiram air ke tubuh ibu dan adiknya yang terjerembab di depan rumah. Dia berhasil selamat karena belum sempat keluar dan menutupi tubuhnya dengan kasur di lantai atas rumahnya,” kata adik ipar Kuncoro ini.
Saat rumahnya terbakar, Ade sempat menelepon Suranto untuk meminta bantuan. Karena Suranto berada di pos pengungsian, ia pun langsung menelepon Kantor Polisi Cangkringan untuk meminta pertolongan. “Ade menelepon saya, bilang kalau rumahnya sudah terbakar sambil teriak, tolong…tolooong!” kata Suranto menirukan.
Ade kini masih berada di UGD Gedung IMC lama RSUP Dr. Sardjito guna mendapat perawatan lebih lanjut. Tentunya, mahasiswa semester lima UNY ini masih mengalami perasaan trauma dan duka yang cukup mendalam sebab harus kehilangan seluruh keluarganya. Ayahnya, Kuncoro Budiwinarno, ibunya, Fitri, dan kedua orang adiknya, Risma (11) dan Brian (2) serta sepupunya, Bagas (16), telah berpulang lebih dulu meninggalkan dirinya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)