YOGYAKARTA–Raut wajah Iyan (12 tahun), siswa kelas 6 SD Candirejo, Sleman, ceria. Tidak tampak sedikit pun di wajahnya rasa takut ataupun sedih. Padahal, Iyan merupakan salah satu dari ribuan pengungsi Gunung Merapi yang saat ini berada di lokasi Gelanggang Mahasiswa UGM. Iyan, bersama bapak, ibu, dan adiknya, sejak Kamis (4/11) malam harus rela mengungsi akibat erupsi Merapi yang diwarnai dengan awan panas ‘wedhus gembel’. “Datang langsung dari rumah sejak Kamis malam lalu, sampai hari ini, Mas,” ujar Iyan ketika dijumpai di Gelanggang Mahasiswa, Senin (8/11).
Iyan ditemui saat tengah bermain catur dengan Rosyid (8 tahun), siswa kelas 2 SD Purwodadi, Sleman, yang juga mengungsi di lokasi yang sama. Mereka juga tampak ditemani oleh beberapa relawan dari mahasiswa UGM.
Menurut penuturan Iyan, selama di pengungsian, dirinya merasa cukup terhibur. Banyak kegiatan dan permainan yang dapat mereka lakukan untuk menghilangkan bosan dan mengisi waktu. Selain catur, anak-anak di tempat tersebut juga dapat bermain bola, games, hingga menonton film. “Sore, kita juga sering main bola. Kalau malam, kadang bisa nonton film,” tambah Iyan sambil memainkan anak caturnya.
Hampir sama dengan Iyan, Rosyid menambahkan merasa senang di pengungsian. Untuk makan, tidur, hingga mandi, di Gelanggang Mahasiswa UGM tidak ada kendala. Ia hanya berharap erupsi Merapi segera berakhir sehingga dirinya dapat segera kembali ke rumah dan pergi bersekolah lagi. “Ya, sudah kangen rumah sama sekolah, Mas,” kata Rosyid yang juga datang ke pengungsian dengan bapak dan ibunya.
Memang kegiatan bermain semacam ini cukup ditekankan, khususnya bagi anak-anak korban Merapi di pengungsian. Azwar, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2009, menjelaskan mahasiswa yang turut menjadi relawan dapat turut mendampingi anak-anak tersebut dan mengemas berbagai permainan dan games menarik. “Sebenarnya bahkan bukan hanya permainan, games, maupun nonton film, kita pagi hari juga adakan senam agar tubuh tetap segar,” kata Azwar.
Keceriaan Iyan, Rosyid, dan anak-anak korban Merapi di pengungsian semakin bertambah ketika datang ‘Mobil Pintar’ dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) ke Gelanggang Mahasiswa dan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM. Mobil Pintar ini membawa ratusan buku bacaan yang dapat dipinjam, khususnya oleh anak-anak. Di samping itu, mereka juga mendapat pembagian buku gambar untuk diwarnai.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh di posko pengungsian Gelanggang Mahasiswa, sampai dengan Minggu (7/11) pukul 21.50, jumlah pengungsi di tempat ini berjumlah 236 orang, terdiri atas 116 laki-laki dan 120 perempuan, sedangkan di PKKH terdapat 812 orang pengungsi, meliputi 397 laki-laki dan 415 perempuan. (Humas UGM/Satria AN)