YOGYAKARTA-Akibat erupsi Gunung Merapi yang terjadi sejak 26 Oktober 2010 silam menyebabkan ribuan warga, khususnya di sekitar Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali harus mengungsi ke berbagai lokasi. Namun sayang, di tengah bencana yang melanda, pihak-pihak tertentu justru memanfaatkan kesempatan untuk mencuri, bahkan menjarah harta benda dan hewan ternak milik warga yang ditinggal pergi mengungsi.
Peneliti dari Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM, Drs. Riza Noer Arfani, M.A., berharap agar pemerintah bersama tim penanggulangan bencana Gunung Merapi tidak melupakan faktor keamanan, khususnya di dusun atau desa yang telah kosong. “Saya sempat lihat kemarin, antara lain, di dusun sekitar Sardonoharjo yang agak masuk nampak sepi sekali, termasuk untuk pengamanannya. Saya harap itu bisa diantisipasi oleh pihak keamanan agar tak terjadi pencurian,†kata Riza, Senin (8/11).
Riza menuturkan banyak lokasi, seperti di wilayah Jalan Kaliurang km 12-13 yang agak masuk, sangat sepi sehingga rawan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Riza menilai para pengungsi kebanyakan hanya sempat membawa barang-barang seadanya, sedangkan barang-barang yang berharga, antara lain surat-surat berharga, ijazah, dan hewan ternak ditinggal di rumah. “Ini kan banyak pihak yang memanfaatkan situasi dengan lemahnya sisi keamanan ini,†imbuh pria lulusan S-2 Syracuse University, New York, AS ini.
Sejauh ini, fokus penanganan erupsi Merapi kebanyakan hanya pada sisi lokasi pengungsian dan kesehatan. Ini pun dalam pandangan Riza masih belum optimal. Riza yang juga sempat menyalurkan bantuan korban Merapi di wilayah Muntilan, Jawa Tengah, melihat koordinasi antara berbagai pihak masih belum bagus.
Ia melihat bantuan, terutama yang diberikan oleh pemerintah, masih tidak sebanyak yang dibutuhkan di lokasi tersebut. Warga masih banyak yang mengeluhkan masalah logistik, air minum, dan kamar mandi. “Di wilayah itu memang jumlah korbannya sedikit, tapi infrastruktur yang rusak lebih parah. Kemarin memang dari pihak TNI juga sudah turun, seperti membersihkan abu Merapi yang mencapai tebal 20 cm,†kata Riza yang juga pengajar di Jurusan Hubungan Internasional (HI) UGM.
Kasus pencurian atau penjarahan ini memang bukan isapan jempol. Sebelumnya, sebanyak 5 ekor sapi dan 21 ekor kambing disita oleh aparat Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Seluruh ternak tersebut merupakan hewan curian seorang pemuda yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Pelaku pencurian itu memanfaatkan ketakutan warga yang rumahnya masuk zona berbahaya 20 kilometer Merapi. Polisi sendiri terus berupaya mencegah aksi kriminalitas karena masih banyak rumah dan ternak yang ditinggalkan para pengungsi. (Humas UGM/Satria AN)