• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Antisipasi Banyak Korban, Prekursor Gempa Bumi Perlu Kontinu Dilakukan

Antisipasi Banyak Korban, Prekursor Gempa Bumi Perlu Kontinu Dilakukan

  • 09 November 2010, 15:10 WIB
  • Oleh: Satria
  • 4280
  • PDF Version
Antisipasi Banyak Korban, Prekursor Gempa Bumi Perlu Kontinu Dilakukan

YOGYAKARTA-Secara tektonik, kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Di samping itu, terdapat banyak sesar-sesar aktif yang terletak pada badan pulau di pulau-pulau Indonesia. Konsekuensi dari tatanan yang demikian membuat wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah rawan gempa bumi, bahkan rawan terhadap bencana tsunami. “Dengan kondisi ini, tentu saja kita harus tahu dan selalu siap bahwa daerah kita rawan dengan bencana, termasuk gempa bumi,” ujar Kepala Bidang Bina Operasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG), Jaya Murjaya, dalam Workshop Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi melalui Pendekatan Prekursor Gempa Bumi, yang digelar di Wisma MM UGM, Selasa (9/11).

Dalam paparannya, Jaya Murjaya mencontohkan pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia terletak di sepanjang lepas pantai barat Pulau Sumatera berlanjut ke selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan berbelok ke Laut Banda. Sepanjang daerah ini merupakan wilayah yang sangat potensial terjadi gempa bumi tektonik dengan kekuatan besar dan sangat berpeluang memicu terjadinya tsunami. “Dalam kurun waktu 2009-2010 saja terjadi 4 kali tsunami di kawasan Indonesia Barat, yaitu di Tasikmalaya, Padang, Aceh, dan terakhir Mentawai,” imbuhnya.

Untuk mengurangi risiko atau dampak gempa bumi kekuatan besar (termasuk earthquake tsunamigenic), perlu dilakukan beberapa kajian. Salah satu kajian adalah dengan melakukan pemantauan 'prekursor' pada suatu wilayah yang dianggap mempunyai potensi gempa bumi besar. Pemantauan 'prekursor' yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh BMKG adalah pemantauan seismic, magnet bumi, gravitasi, dan metode lainnya. “Kajian pemantauan 'prekursor' ini merupakan salah satu usaha dalam rangka untuk memulai usaha peramalan kejadian gempa bumi,” kata Jaya yang pernah menjabat sebagai Kepala BMKG Yogyakarta ini.

Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Pembangunan, Ir. Bayudono, M.Sc., menambahkan dilakukannya 'prekursor' atau pratanda terkait dengan gempa bumi dapat terus dilakukan sehingga lambat laun mampu memprediksi terjadinya gempa bumi dengan lebih akurat, baik 'prekursor' yang dilakukan dengan berbagai metode, seperti dengan melihat emisi gas, deformasi gravitasi permukaan bumi, perilaku hewan, maupun permukaan air tanah. “Soal waktu dan lokasi gempa bumi memang masih sulit diketahui, tapi untuk pratanda bisa segera dipelajari dan didistribusikan kepada masyarakat,” kata Bayudono.

Penguatan pratanda gempa bumi dilakukan dengan membuat jejaring (network) banyak pihak sehingga hasilnya semakin akurat dan lebih baik. Di sisi lain, paradigma masyarakat menghadapi bencana, termasuk gempa bumi, juga harus diubah dengan memosisikannya sebagai bagian dari risiko kehidupan manusia. “Dengan melihat itu, maka kita bisa menyiapkan segala sesuatunya, seperti terkait aturan pembangunan rumah tahan gempa hingga penataan pemukiman,” ujar Bayudono.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr. Wahyudi, M.Sc., mengatakan salah satu alat yang telah dikembangkan untuk memprediksi gempa bumi adalah atropatena. Atropatena adalah sebuah detektor variasi medan gravitasi frekuensi rendah, yang muncul sebelum terjadinya gempa bumi.

Atropatena ini menggunakan prinsip dasar torsion balance dalam eksperimen Cavendish (suatu eksperimen untuk menentukan konstante gravitasi G). Alat ini setidaknya dapat merekam variasi medan gravitasi akibat adanya tectonic wave. Menurut Wahyudi, terdapat peluang yang sangat luas untuk mengembangkan keilmuan dari atropatena,sehingga akhirnya dapat betul-betul bermanfaat bagi masyarakat. “Prediksi gempa tidak bisa dilakukan atropatena secara individu, tetapi dengan bentuk network. Saat ini terdapat tiga atropatena yang berada di Azerbaijan, Pakistan, dan Indonesia,” tutur Wahyudi.

Bukti bahwa Indonesia cukup sering digoyang gempa dapat dilihat, misalnya, pada pekan ini saja di Yogyakarta setidaknya dilanda gempa bumi sebanyak dua kali. Akhir pekan lalu, di Wonosari terjadi gempa bumi sebesar 4 SR. Yang terbaru, hari ini gempa berkekuatan 5,6 SR terjadi berpusat di 125 km barat daya Bantul dengan kedalaman 10 km. (Humas UGM/Satria AN)

Berita Terkait

  • Mahasiswa KKN UGM Bantu Korban Gempa Halmahera Selatan

    Wednesday,17 July 2019 - 9:47
  • KEPEDULIAN UNSWAGATI CIREBON BANTU KORBAN GEMPA KLATEN

    Monday,05 June 2006 - 11:49
  • Fakultas Geografi, Pencetus Simulasi Tanggap Bencana di Kampus UGM

    Wednesday,01 June 2011 - 6:46
  • Mahasiswa Jepang Galang Dana Bagi Korban Gempa dan Tsunami

    Monday,11 April 2011 - 9:51
  • Kurangi Risiko Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Dengan Fondasi Spring Dumper

    Thursday,11 July 2019 - 9:24

Rilis Berita

  • UGM Dukung Mitigasi Perubahan Iklim Lewat Kegiatan Tridarma 27 June 2022
    UGM menyatakan komitmennya dalam upaya mendukung mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global
    Ika
  • Peneliti UGM Beri Masukan Terkait Pengelolaan Cukai Tembakau ke BAKN DPR 27 June 2022
    Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (B
    Gloria
  • Epidemiolog UGM: Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Klaster Libur Lebaran dan Varian Omicron Baru 27 June 2022
    Belakangan ini jumlah kasus harian Covid-19 lebih dari 2,000 kasus. Total jumlah kasus aktif hing
    Gusti
  • Dosen UGM Hadiri Pertemuan Pakta Pelarangan Senjata Nuklir di Wina Austria 27 June 2022
    Dosen Departemen Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Drs. Muhadi Sugiono, M.A., menghadiri 
    Gusti
  • Guru Besar UGM Jawab Dilema Digitalisasi di Indonesia 27 June 2022
    Menurut Anda, apakah kehidupan masyarakat Indonesia sudah terdigitalisasi? Lalu, apakah menurut A
    Satria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual