Sejak erupsi Merapi pada Jumat (4/11) lalu, Tim Kesehatan Disaster Response Unit (DERU) UGM mendirikan klinik darurat di delapan titik pengungsian. Klinik yang memberikan pelayanan kesehatan 24 jam tersebut berada di UNY, UMY, UPN, Batalyon 403, Barak Pramuka, Gor Pangukan, Masjid Agung Sleman, Youth Center Sleman, dan Stadion Maguwoharjo. “Sejak erupsi Merapi pada Jumat dini hari lalu, Dinas Kesehatan Provinsi menyerahkan delapan titik posko pengungsian ke UGM untuk pelayanan kesehatannya,” jelas Ketua Tim Kesehatan–DERU UGM, dr. Sulanto Saleh Danu, Selasa (9/11), dalam jumpa pers di Fakultas Kedokteran UGM.
Sebelumnya, pada 28 Oktober lalu, DERU UGM telah mendirikan tiga klinik kesehatan darurat di tiga titik, yakni Hargobinangun, Girikerto 1, dan Girikerto 2. Namun, sejak erupsi Merapi pada 4 November 2010, pos kesehatan Hargobinangun dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo, sedangkan pos di Girikerto dipindahkan ke Youth Center Sleman.
Disebutkan Sulanto, pihaknya menurunkan 300 dokter dan 50 paramedis untuk memberikan pelayanan kesehatan dan obat-obatan. Keseluruhan tenaga medis tersebut terdiri atas tenaga medis GMC Health Center, staf Fakultas Kedokteran UGM, dan dokter residen yang praktik di RSUP Dr. Sardjito dan RS Akademik UGM. “Tenaga medis diturunkan secara bergantian dengan sistem shift untuk menghindari kelelahan,†katanya.
Menurut Sulanto, kondisi fisik pengungsi mulai mengalami penurunan dari hari ke hari. Sebagian besar pengungsi banyak yang terkena ISPA, diare, sakit mata, dan sakit kulit. “Keluhan yang paling banyak ditemui adalah ISPA, diare, dan sakit mata. Selain itu, gangguan psikologis dari para pengungsi dari hari ke hari menunjukkan peningkatan,†kata Sulanto. Menurutnya, mengenai penanganan kesehatan para pengungsi di delapan titik tersebut, pihaknya belum melakukan klasifikasi berdasarkan kelompok usia.
Penuturan senada disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P., MARS, bahwa belum ada pemisahan kelompok usia dalam upaya penanganan kesehatan pengungsi korban Merapi. Namun, ke depan hal tersebut tetap direncanakan. “Dalam penanganan kesehatan pengungsi memang tidak dibedakan berdasar kelompok usia, balita, dewasa, maupun lansia. Namun, sudah ada ruang-ruang khusus yang disediakan bagi lansia, ibu dan balita,†jelasnya.
Mengenai pelayanan kesehatan ke depan akan difokuskan pada aspek kesehatan lingkungan dan psikologis. Dua hal tersebut merupakan aspek yang perlu diberi perhatian dengan serius pasca tanggap darurat.
Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., mengatakan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan pengungsi, Tim Kesehatan DERU UGM bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Bersatu (SIKIB) memberikan bantuan berupa 3 mobil sehat, 1 mobil pintar , dan 5 motor sehat. Fasilitas tersebut digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan keliling. (Humas UGM/Ika)