SLEMAN (KU) – Tidak semua mahasiswa UGM memilih pulang kampung untuk mengungsi saat kegiatan akademik diliburkan satu minggu sehubungan dengan bencana letusan Merapi. Beberapa di antara mereka memilih untuk menjadi relawan yang membantu kebutuhan pengungsi. Mereka pun membantu sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni. Salah satunya adalah Kartika (20). Mahasiswa semester 5 Fakultas Farmasi ini menjadi petugas apoteker di posko kesehatan utama di pos pengungsian Stadion Maguwoharjo. “Saya sudah tiga hari di posko ini. Saya sempat pulang sehari. Daripada nggak ada kerjaan di rumah, bisa bantuin sedikit,” kata mahasiswi asal Salatiga, Jawa Tengah, ini saat ditemui di Stadion Maguwoharjo, Rabu (10/11).
Selain ikut serta membantu para pengungsi, kegiatan seperti ini diharapkannya dapat menambah pengalaman dalam pelayanan obat-obatan sebagai seorang apoteker. Kartika merupakan satu dari sekitar 90 mahasiswa Farmasi UGM yang tergabung dalam relawan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Mereka ditempatkan di beberapa pos pengungsian, baik di Sleman, Magelang, Klaten maupun Boyolali. Selain dari UGM, juga ikut bergabung mahasiswa farmasi dari Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Sanata Dharma (USD). Masing-masing tim dari universitas ini mengisi waktu di pos kesehatan masing-masing. Mereka dibagi dalam tiga shift, yakni pukul 07.00-15.00, 15.00-23.00, dan 23.00-07.00.
Para mahasiswa Farmasi UGM ini tidak hanya membantu di satu pos kesehatan. Dalam sehari, mereka bisa bekerja di dua pos. Masing-masing posko kesehatan, mereka meluangkan waktu selama 7 jam. “Selesai dari sini, rencana kita dari akan ke (pos pengungsian) Gelanggang, masuk malam,” kata Ikhwatun Amirta, mahasiswi profesi apoteker UGM.
Ipang Djunarko, Majelis Etik Apoteker Daerah, IAI DIY, mengatakan IAI membantu posko kesehatan di setiap pos pengungsian. Dalam kegiatannya, IAI melibatkan mahasiswa farmasi dan profesi dari berbagai universitas. Ia menyebutkan terdapat ratusan mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan ini. “Kita mendampingi para mahasiswa untuk berlatih menggunakan kompetensinya,” katanya.
Sempat disinggung pula bahwa saat ini kebutuhan obat-obatan cukup beragam. Dari hasil pemantauan, saat ini permintaan obat yang paling banyak adalah jenis antidepresan dan obat hipertensi. “Obat-obat antidepresan kita sangat terbatas, permintaan jenis obat ini cukup banyak,” kata Dekan Fakulats Farmasi USD ini.
Ipang menceritakan sekitar minggu pertama bencana, jenis obat-obatan yang banyak dibutuhkan posko kesehatan meliputi obat batuk, tetes mata, dan maag. Minggu kedua, lebih banyak untuk obat capek, pegal, dan pusing. Selanjutnya, diikuti dengan permintaan obat penyakit kulit karena fasilitas sanitasi masih minim di pos pengungsian. (Humas UGM/Gusti Grehenson)