Secara sederhana, kompetensi dibedakan menjadi dua. Pertama, disebut kompetensi umum (soft competency), yang berhubungan dengan motivasi, sifat dasar, dan konsep diri seseorang serta nilai-nilai yang diyakininya. Kedua, dikenal sebagai kompetensi khusus (hard competency), yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan
Kajian mengenai kompetensi dan kinerja telah banyak dilakukan sebelumnya, yang memperkuat gambaran signifikansi pengaruh kompetensi terhadap kinerja. Namun, berdasarkan pengalaman empiris Endang Suraningsih, S.Psi., M.M. selaku administrator dan assessor di bidang assessment center BUMN Perkebunan dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Indonesia selama 20 tahun, pandangan tersebut tidak selalu demikian. Ia menyimpulkan kompetensi tidak selalu berkorelasi positif terhadap kinerja secara signifikan. “Hal tersebut tentu menimbulkan dugaan, selain variabel kompetensi yang berpengaruh pada kinerja, diduga terdapat variabel lain yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja,” ujarnya Selasa (9/11), saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor Ilmu Psikologi UGM.
Berdasar studi dan hasil kajian referensi, Endang berhasil menemukan beberapa variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja, di antaranya variabel kepemimpinan yang ia pilih sebagai variabel tambahan dalam peneliannya. Berkaitan dengan kinerja ini, terdapat empat meta analisis dari literatur militer dan psikologi organisasi telah mengungkap hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja yang lebih kuat dan positif dibandingkan dengan gaya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan pembiaran.
Sementara itu, secara spesifik kepemimpinan transformasional berkorelasi dengan efektivitas, kemudian kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan pasif. “Kedua jenis korelasi ini kemudian secara bersama-sama membentuk apa yang disebut sebagai ‘a full range leadership’,” tuturnya.
Dari penelitian yang ia lakukan selama tiga tahun (2006-2008) di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) di wilayah kerja Sumatera Utara dengan 400 responden yang melibatkan karyawan pimpinan strata IV-VI (setingkat manajer lini pertama, madya, dan puncak) di unit produksi berhasil menyimpulkan kompetensi umum berpengaruh secara langsung terhadap kinerja dan besarnya pengaruh berbeda-beda untuk masing-masing strata. Pengelolaan kompetensi umum harus disesuaikan dengan strata jabatan. Sementara itu, persepsi pada perilaku kepemimpinan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja. Persepsi pada perilaku kepemimpinan transformasional meningkatkan dampak pengaruh kepemimpinan transaksional terhadap kinerja. “Persepsi pada perilaku kepemimpinan transformasional atasan langsung telah meningkatkan pengaruh kompetensi umum terhadap kinerja,” terang perempuan Surakarta, 19 April 1968 ini.
Dari disertasi “Pengaruh Kompetensi Umum dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Manajer pada Badan Usaha Milik Negara Perkebunan” Endang menyampaikan rekomendasi bahwa implementasi hasil penelitian ini adalah pentingnya pengembangan kepemimpinan transformasional yang mampu meningkatkan efek dari kepemimpinan transaksional dalam pengembangan kompetensi umum manajer di perusahaan perlu ditekankan sebab kontribusi pengaruh kompetensi umum signifikan dalam pencapaian kinerja manajer yang pada akhirnya terakumulasi pada kinerja perusahaan. “Bahwa pengelolaan kompetensi umum dan pengembangan gaya kepemimpinan juga harus disesuaikan dengan strata jabatan,” pungkas Endang yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, sekaligus menjadi doktor ke-1303 yang diluluskan UGM. (Humas UGM/ Agung)