Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) UGM bekerja sama dengan Kementerian Ristek dan Blender Indonesia menyelenggarakan Workshop Blender dengan memutar film animasi 3D Blender Hebring dan diskusi proses di balik layar (behind the scenes) Open Movie SINTEL. Kegiatan yang berlangsung di PPTIK UGM ini menampilkan pemateri Hizkia Subiyantoro (Hizaro) dari Blender Indonesia.
Hizaro dalam kesempatan ini mendemonstrasikan user interface blender. Ia juga mengenalkan Blender Game Engine (BGE) beserta demonya dan memutar film animasi Hebring yang dibuat dengan menggunakan Blender.
Hizaro menjelaskan sebagai sebuah program open sources, Blender dinilai simpel, gratis, dan merupakan software kecil, tidak sebesar software lainnya. “Ukurannya kecil dibanding software komersil. Ukuran Blender 20 megabytes, software komersil setara satu DVD berkisar antara 2-4 gigabytes,” ujarnya di Laboratorium PPTIK UGM, Senin (22/11).
Blender memiliki keunggulan dibandingkan dengan software sebelumnya. Bila Into Deskmaya, Auto Desk 3 dsmax, dan Light Wave XXI lebih banyak menggunakan mouse, Blender dapat menggunakan mouse dan keyboard.
Di samping untuk menjawab kebutuhan desain interior, arsitektur, animasi film kartun/ film realistis, program Blender dapat dimanfaatkan untuk game dan editing video. “Hanya saja, hingga saat ini pengguna masih sebatas penghobi,” katanya.
Open Movie SINTEL yang diproduksi dengan menggunakan software open source Blender merupakan perangkat lunak pengolah 3D animasi. Proyek ini sengaja dikembangkan untuk menyempurnakan kemampuan Blender sebagai software utama yang berevolusi dari versi lama 2.49 ke versi baru 2.5.
Di kalangan Free Open Source Software (FOSS), Blender sangatlah fenomenal. Selain teruji oleh dua open movie sebelumnya (Elepahants Dream & Big Buck Bunny serta open game YO!Franky), Blender mengalami perkembangan cukup signifikan dalam kemampuannya untuk produksi profesional. “Sebagai sebuah software dengan multi fungsi, kehadirannya di tengah komunitas menjadikan Blender semakin andal karena dikerjakan oleh banyak pengembang dari seluruh dunia,” tuturnya.
Sebagai bukti adalah film pendek Hebring, besutan Main Studio Jakarta. Film ini sudah dirilis sejak tahun 2007 dan memenangkan berbagai penghargaan nasional, salah satunya juara INAICTA 2008 & 2009. Saat ini, Hebring sudah sampai pada rilis ke-3 yang rencananya akan ditayangkan secara nasional sebagai serial TV. Kesuksesan Hebring tidak terlepas dari Blender dan komunitas online seperti Kaskus, Facebook, dan Blender Indonesia. Para animatornya bahu-membahu ikut membesarkan komunitas dengan serangkaian workshop di beberapa kota besar di Indonesia, seperti di UGM saat ini,” pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)