BULAKSUMUR (KU) – Relawan Gelanggang Emergency Response (GER) UGM membagikan sembako untuk ratusan pengungsi di UGM yang memutuskan kembali ke rumah masing-masing, termasuk juga yang dipindahkan ke Maguwoharjo. Saat ini, sekitar 14 kepala keluarga (KK) masih bertahan di pos pengungsian UGM. “Di UGM, ada 1.300-an pengungsi atau 300 KK. Senin kemarin, sejak zona bahaya Merapi diturunkan, mereka memilih kembali ke rumah masing-masing,” ujar Koordinator GER, Lara Shati, ditemui di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Rabu (24/11).
Lara Shati menjelaskan kepindahan para pengungsi dari UGM berdasarkan surat edaran dari Pemkab Sleman pada Senin (22/11) lalu, yang meminta para pengungsi untuk pindah dan menempati tiga posko utama pengungsian yang ditunjuk pemerintah, yakni Stadion Maguwoharjo, Youth Center, dan GOR Sleman. “Pengungsi yang tercerai-berai selama ini diminta untuk tinggal di tiga pos pengungsian ini,” katanya.
Diakui Lara Shati, tidak semua pengungsi bersedia untuk dipindah. Beberapa di antara mereka justru memilih kembali ke rumahnya masing-masing. “Tapi mereka yang rumahnya hancur, memilih tinggal di sini, tapi rencanaya Kamis besok, mereka bersedia akan pindah,” katanya.
Ia menambahkan para pengungsi di UGM sudah mulai berkurang sejak awal minggu ini. Bagi mereka yang pulang ke rumah atau dipindahkan, masing-masing KK mendapat bantuan paket sembako dari relawan GER. “Pengungsi tentunya belum bisa kembali ke aktivitas pekerjaannya. Kita sediakan sembako agar bisa dimanfaatkan dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.
GER merupakan kumpulan para relawan yang terdiri atas alumni dan mahasiswa aktivis Gelanggang UGM. Mereka mengumpulkan bantuan melalui jaringan alumni Gelanggang yang berada di luar DIY untuk membantu para pengungsi sejak 5 November lalu. “Ada 40 relawan yang tergabung dalam GER. Kita mengurusi kebutuhan para pengungsi sejak 5 November lalu. Setelah ini (pengungsi dipindahkan), kita membantu tahap rehabilitasi,” katanya.
Pengungsi korban Merapi yang berada di Gelanggang Mahasiswa UGM berasal dari delapan desa, meliputi Harjobinangun, Umbulharjo, Wukirsari, Sardonoharjo, Umbulmartani, Pakembinangun, Wonokerto, dan Candibinangun. Sementara itu, para pengungsi yang rumahnya hancur dan tidak dapat menempati rumahnya diimbau mengikuti arahan dari Pemkab Sleman untuk mengungsi di pos pengungsian utama.
Beberapa dari pengungsi memang enggan untuk dipindahkan. Sukiran (42), misalnya, mengaku sebenarnya masih enggan untuk dipindahkan karena ia bersama empat anggota keluarganya belum dapat kembali ke rumahnya yang kini rusak parah. Sukiran mengatakan ia dan keluarganya merasa trauma terhadap suara letusan dan gempa vulkanik Merapi. Sukiran merasakan hal itu saat beberapa hari tinggal di Maguwoharjo. “Saya masih trauma pas ada gempa. Kita semua panik karena tinggal di lantai dua (stadion),” kata pria asal Dusun Sidorejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, yang berada 8 kilometer dari Merapi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)