YOGYAKARTA-Puluhan doktor muda UGM yang tergabung dalam Unit Percepatan Pencapaian Renstra (UP2R) UGM bersama dengan peserta pelatihan (semiloka) ‘Solusi Optimal Pemberdayaan Sumber Daya Alam menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri, Studi Kasus Merapi’ hari ini (Sabtu, 27/11) melakukan kunjungan ke beberapa lokasi yang berhubungan dengan bencana Gunung Merapi. Lokasi yang didatangi, antara lain, DERU (Disaster Response Unit) UGM dan posko pengungsi Merapi di Youth Center, Sleman. Di posko, rombongan juga memberikan bantuan berupa paket sembako, susu, dan alat kebutuhan wanita. Pelatihan yang berakhir hari ini telah dimulai sejak 24 November 2010 lalu dengan peserta yang berasal dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, relawan, LSM, dan pemerintah.
Koordinator UP2R, Drs. Muhammad Edhie Purnawan, M.A., Ph.D., mengatakan kunjungan para peserta pelatihan di beberapa lokasi bertujuan, antara lain, agar dapat belajar manajemen pengungsi dan mengkomparasi semangat peduli yang menderita di UGM serta di masyarakata luas. Harapannya, para peserta pelatihan juga dapat belajar lebih banyak di lapangan dan memberi kontribusi. “Bukan saja mendapat teori ilmunya, tapi kita bawa langsung di lapangan yang terkait langsung dengan penanganan korban Merapi. Harapannya, tentu agar mereka nanti lebih bisa dalam manajemen bencana serta menggugah kepedulian kepada sesama,†terang Edhie di sela-sela kunjungan.
Dalam kunjungan di DERU UGM, para peserta diterima langsung oleh Ketua Tim DERU UGM, Slamet Widiyanto, S.Si., M.Sc. Di hadapan para peserta, Slamet mengatakan keterlibatan DERU untuk penanganan Merapi tidak terlepas dari koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Keterlibatan DERU tidak lepas dari koordinasi dengan BNPB, mulai dari penanganan awal hingga nanti tahap rehabilitasi maupun rekonstruksi. Bukan saja untuk kasus Merapi, tapi juga bencana nasional yang lain,†kata Slamet.
Meskipun erupsi Merapi berangsur-angsur menurun dan pemerintah mengurangi jarak zona (daerah) rawan awan panas, partisipasi pihak-pihak dalam menyalurkan bantuan melalui DERU masih saja dilakukan. Mereka pun menerima bantuan tersebut untuk kemudian disalurkan kepada para pengungsi Merapi. Ini terlihat, misalnya, dengan diserahkannya bantuan sekitar 9.400 buah masker dari Kedutaan Besar Jepang yang tiba hari ini. “Bantuan masih saja mengalir. Hari ini kita juga mendapat kiriman 9.400 buah masker dari Kedutaan Besar Jepang,†tutur Slamet.
Disampaikannya bahwa keterlibatan DERU untuk penanganan bencana tidak hanya terbatas pada sisi logistik, tetapi juga terkait dengan manajemen bencana, infrastruktur, pendidikan, mitigasi, hingga tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Jumlah relawan yang masih terlibat sampai saat ini mencapai 300-400 orang.
Sementara itu, di Youth Center, Koordinator Kesehatan Mental Pengungsi, Diana Setyowati, mengatakan jumlah pengungsi yang ada saat ini kebanyakan kiriman dari posko pengungsi di JEC dan Maguwoharjo. Pengungsi, antara lain, berasal dari daerah Glagaharjo, Pangukrejo, Tanen, Hargobinangun, dan Kopeng. Ia berharap bantuan yang masih mengalir bukan lagi masalah logistik, melainkan diarahkan untuk membangkitkan masyarakat dari keterpurukan melalui keahlian yang telah dimiliki sebelumnya. “Kalau logistik, saya rasa sudah sangat mencukupi. Maka kalau bisa bantuan ini diarahkan untuk bisa membangkitkan kembali semangat dan perekonomian mereka dari keterpurukan,†ujar Diana.
Para pengungsi, menurut Diana, mengaku siap untuk mengembangkan beberapa program atau usaha yang selama ini sudah dimiliki. Ia mencontohkan mengenai usaha ternak ayam potong, pembuatan kripik jamur, slondok salak, hingga ampyang jadah tempe.
Lain tempat, lain pula kondisinya. Ini juga yang terjadi pada para pengungsi. Jika pengungsi di Youth Center membutuhkan arahan untuk dapat bangkit dari keterpurukan, pengungsi di posko Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah berangsur-angsur mulai meninggalkan posko pengungsian.
Ummi Masruroh, relawan dari Handycap Internasional yang ikut mendampingi para pengungsi, mengatakan pengungsi yang masih bertahan berjumlah 173 orang, yang tersebar di beberapa tempat, yakni Pendopo Kecamatan Prambanan, Dinas NIVO, Pepabri, dan TK Pertiwi. Aktivitas di posko ini lebih banyak berupa kegiatan bagi anak-anak dan remaja, seperti permainan hingga beberapa pelatihan. “Pengungsi masih ada dari beberapa lokasi, seperti Sleman, Magelang, dan Klaten, meskipun jumlahnya mulai berkurang dibanding minggu sebelumnya,†ujar Ummi yang didampingi Suparno, salah satu pengungsi dari Bawukan, Klaten.
Kegiatan kunjungan lapangan pelatihan ini cukup mendapat apresiasi dari para peserta. Julhaidir, mahasiswa Magister Sistem Teknik asal Riau, dan Laili, mahasiswa pascasarjana asal Bojonegoro, menilai kunjungan lapangan semakin menambah wawasan mereka tentang manajemen bencana dan praktik sesungguhnya di lapangan. Mereka berharap pelatihan berikutnya lebih diperbanyak lagi aplikasi yang benar-benar berhubungan dengan kebutuhan di lapangan. “Sangat bermanfaat dan menambah wawasan yang mungkin selama ini hanya diperoleh di tataran teori. Hanya saja, teorinya dikurangi dan diperbanyak yang aplikatif di lapangan,†harap Laili. (Humas UGM/Satria AN)