YOGYAKARTA-Menyambut Hari AIDS sedunia yang jatuh pada 1 Desember mendatang, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UGM yang tergabung dalam SCORA CIMSA (Centre for Indonesian Medical Student Activities) hari Minggu, 28 November lalu mengadakan kegiatan jalan sehat dan pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membuat pita merah sepanjang 500 m bertempat di Lapangan Pancasila UGM. Kegiatan dikemas dalam tajuk “Longmarch FK-Sunday Morning-Lapangan Pancasila, Pemecahan Rekor MURI Pita Terpanjang 500 mâ€.
Fabiola Supit selaku ketua panitia didampingi seksi acara, Siti Rahmayanti, menuturkan kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 200 mahasiswa FK UGM. Selain pemecahan Rekor MURI untuk pita terpanjang 500 m, acara juga dimeriahkan dengan musik, games, dan talkshow yang melibatkan kalangan waria dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). “Bukan saja pemecahan rekor MURI, tapi kita kemas dengan musik dan sharing dengan ODHA maupun waria yang menderita HIV/AIDS. Dengan begitu, pemahaman soal HIV/AIDS akan lebih mengena, khususnya bagi mahasiswa dan generasi muda,†kata Fabiola.
Alasan dilaksanakannya acara pemecahan rekor MURI ini, menurut Fabiola, untuk lebih menggugah kesadaran para mahasiswa dan generasi muda akan bahaya HIV/AIDS yang kian mengancam. Warna pita merah selama ini sudah menjadi kesepakatan internasional sebagai lambang AIDS. Pita dengan panjang 500 m dan lebar sekitar 1,5 m ini diperoleh dari donatur/kontributor yang membeli kain dari mahasiswa Rp10.000,00/m. Hasil pengumpulan dana yang didapat dari sedikitnya 500 orang kontributor oleh mahasiswa diberlikan kain sepanjang 500 m. “Tentu ada pihak-pihak lain yang menjadi donatur, seperti dari kalangan mahasiswa, dosen, LSM, dan sebagainya,†imbuhnya.
Nantinya, pita merah sepanjang 500 m yang telah berhasil memecahkan rekor MURI akan dijual dan dananya disumbangkan kepada para korban (pengungsi) erupsi Gunung Merapi.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti M.Sc., Ph.D., di tempat yang sama mengatakan persoalan HIV/AIDS saat ini menjadi perhatian dunia karena penyebarannya yang terus merebak, termasuk di Indonesia. Ali Gufron berharap agar kesadaran masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS semakin besar. “Masih saja merebak karena perilaku sehat masyarakat, khususnya masih minim sehingga mudah terinfeksi HIV/AIDS, baik itu melalui hubungan seks maupun jarum suntik,†ujarnya.
Ditambahkan Ghufron, paling tidak, dengan pemecahan rekor MURI pita dengan panjang 500 m ini dapat kembali mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan waspada terhadap penularan HIV/AIDS. Ghufron khawatir penanganan HIV/AIDS di Indonesia jauh lebih lambat dibandingkan dengan negara lain, seperti Thailand. “Thailand, misalnya, sudah semakin mampu menghadapi penyebaran HIV/AIDS, tapi justru Indonesia yang masih belum bagus. Ini seperti kasus krisis ekonomi. Negara tetangga sudah bangkit, namun Indonesia masih saja terpuruk,†kata Ghufron yang pada acara itu sempat menyanyikan lagu tentang HIV/AIDS.
Dengan dipecahkannya rekor MURI oleh FK UGM ini berarti telah mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat oleh ITB dengan pita terpanjang 200 m. Pemberian piagam penghargaan rekor MURI diserahkan oleh Wida, perwakilan MURI, kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. (Humas UGM/Satria AN)