SLEMAN-Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, yang luluh lantak akibat diterjang awan panas erupsi Gunung Merapi, dinilai cocok untuk dikembangkan menjadi perkebunan pisang atau tanaman sukulen (berair) lainnya. Ini merupakan salah satu hasil penilaian tim pakar dari Fakultas Pertanian UGM yang melakukan kunjungan lapangan ke lokasi tersebut, Senin (29/11).
Tim pakar dari Fakultas Pertanian UGM terdiri atas Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, Ph.D., Prof. Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip.Agr.St., Ir. Suci Handayani, M.P., dan Weni. Rombongan tim dipimpin langsung oleh Ketua DERU (Disaster Response Unit) UGM, Slamet Widiyanto, S.Si., M.Si. Selain melakukan kunjungan ke Kinahrejo, yang berjarak hanya sekitar 4-5 km dari puncak Gunung Merapi, tim juga melakukan peninjauan ke beberapa lokasi lain, seperti daerah Pagerjurang, Kepuharjo.
Tim pakar Fakultas Pertanian dalam kunjungan lapangan tersebut melakukan serangkaian penelitian sampel, mulai dari beberapa jenis tanaman yang masih tumbuh hingga tingkat keasaman (pH) tanah. Dari penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui jenis tanaman yang masih memungkinkan untuk dikembangkan (ditanam) di kawasan tersebut. “Penelitian, baik jenis tanamannya hingga ke akar hingga tingkat keasaman (pH) tanah di sekitarnya, sehingga nanti bisa segera dikembangkan jenis tanaman apa di lokasi tersebut,†terang Triwibowo.
Triwibowo didampingi oleh Suci Handayani menambahkan dari hasil penelitian dan uji sampel terlihat bahwa pH tanah asli mencapai 5,3, pH tanah berpasir 4,7, dan tanah yang masih berlumpur/berdebu berkisar 4,5. Kondisi tersebut menandakan beberapa jenis tanaman, khususnya jenis sukulen terutama pisang, masih terbuka dan memungkinkan untuk ditanam di lokasi. “Bisa dilihat jenis tanaman ini, seperti pisang, masih tetap hidup meski diterjang awan panas kan? Jadi, jenis tanaman sukulen ini cocok ditanam dibanding jenis tanaman berkayu,†tambah Triwibowo.
Dari pengamatan yang dilakukan, beberapa jenis tanaman yang masih cocok dan dapat tumbuh di daerah Kinahrejo, selain pisang adalah trubus, lompong/talas/kimpul, dan rumput gajah. Tim Fakultas Pertanian menilai kawasan ini nantinya setelah aman dapat dikembangkan menjadi kawasan khusus perkebunan pisang. “Jelas kalau kawasan hunian sudah tidak aman kalau melihat kondisi semacam itu, maka cocok jadi perkebunan pisang, sedang warga permukimannya ada di bawah. Kalau panen tinggal naik saja,†imbuh Suci.
Penelitian ini, menurut Suci Handayani, masih perlu diperdalam kembali. Apalagi tanaman yang dapat tumbuh sampai dengan sekarang masih bergantung pada nutrisi tanaman lain untuk beradaptasi. Nantinya, hasil penelitian akan dikaji dan diperdalam sebelum dikeluarkan semacam rekomendasi, terutama kepada pemerintah daerah.
Saat ini, masih terlihat jelas kondisi Kinahrejo yang luluh lantak akibat diterjang awan panas Gunung Merapi. Pohon-pohon tampak terbakar dan tumbang, rumah-rumah warga hancur, dan bau anyir masih menyengat. Ratusan lalat juga ada di sekitar lokasi.
Sementara itu, di Pagerjurang yang sebelumnya merupakan permukiman dan sebelahnya Kali Gendol tampak bersatu menjadi tidak berbatas. Semuanya terlihat rata dengan pasir, bercampur tanah dan abu vulkanik. Tidak saja itu, batu-batu berukuran besar dan bau gas belerang masih jelas terasa. Di bawah tanah bercampur dengan pasir, tampak kepulan asap yang menandakan di kedalaman tertentu di bawah masih terdapat sisa lahar panas Merapi.
Untuk dapat meninjau langsung ke lokasi ini, tim harus didampingi oleh satgas yang terdiri atas aparat kepolisian dan SAR. Masyarakat yang tidak berkepentingan masih dilarang keras untuk masuk di sekitar lokasi yang dijaga ketat oleh aparat kepolisian dan tim SAR. (Humas UGM/Satria AN)