Seiring dengan menurunnya aktivitas Merapi, dinamika tanggap darurat juga mulai menurun. Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menetapkan masa tanggap darurat diperpanjang sampai dengan 9 Desember 2010. Sebagian pengungsi sudah mulai pulang ke daerah masing-masing, terutama yang berasal dari daerah yang telah dinyatakan aman dan tidak mengalami kerusakan berat akibat erupsi 26 September dan 4 November 2010. Sementara itu, sebagian lagi masih berada di pengungsian karena status dan kondisi daerah asal yang belum memungkinkan. Dalam masa cooling down, aktivitas tanggap darurat perlu dibarengi dengan aktivitas menuju rehabilitasi dan rekonstruksi. Keduanya perlu dijalankan secara paralel agar tidak ada ketimpangan situasi.
Tim pengabdian pada masyarakat Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak (NMT) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada telah lama terlibat dalam tanggap darurat ternak. Pasca menurunnya aktivitas Merapi, tim mengubah gerak kepedulian dari pola tanggap darurat untuk penanganan ternak menjadi pola tanggap peduli.
Bambang Suwignyo, Ketua Tim Tanggap Darurat NMT Fakultas Peternakan UGM, menyebutkan pola tanggap peduli yang dijalankan berupa pembuatan pakan ternak komplit (complete feed) atau yang dikenal sebagai “burger†ternak, berbasis jerami padi untuk ternak-ternak korban bencana alam Merapi yang masih berada di daerah rawan bencana. “Pemilihan complete feed karena jenis ini lebih praktis, sudah diuji palatabilitasnya, kandungan nutrisinya baik, serta biayanya terjangkau,†terangnya, Selasa (30/11), di kampus UGM.
Dikatakan oleh staf pengajar Fakultas Peternakan ini, pakan ternak komplit berbasis jerami padi. Dalam setiap paket pakan komplit dengan bobot 2 ton terdiri atas bahan berupa jerami padi, molases, dan pollard dengan biaya 2,5 juta rupiah atau Rp1.250,00/kg.
Dalam kegiatan tanggap peduli ini, Tim NMT Fakultas Peternakan UGM menyediakan dan membuat pakan ternak komplit berbasis jerami padi pada daerah-daerah bencana. Pusat produksi akan dilaksanakan di barak-barak pengungsian ternak. “Pada masa awal tanggap darurat, pembuatan “burger†dilakukan di Fakultas Peternakan UGM selanjutnya di drop ke lokasi ternak. Namun, kini pembuatan “burger “ langsung dilakukan di lokasi kandang ternak dengan melibatkan peternak,†terangnya.
Diungkapkan Bambang, dengan melibatkan peternak dalam pembuatan “burger†diharapkan dapat menjadi wahana berbagi pengetahuan kepada peternak sehingga ke depan bisa dibuat sendiri. Selain itu, dengan mengikuti kegiatan diharapkan mampu memecah kejenuhan peternak dalam pengungsian. “Peternak yang terlibat dalam proses pembuatan burger juga akan mendapatkan sekadar uang lelah sehingga bisa memberikan pegangan uang cash kepada peternak,†imbuh Bambang.
Sasaran program tanggap peduli ini, menurut Bambang, adalah untuk membantu meringankan beban peternak dan pemerintah dalam pemeliharaan ternak di barak-barak pengungsian ternak. Menurut perkiraan Bambang, apabila saat ini terdapat 10.000 ekor sapi yang ditampung di barak pengungisan ternak di empat kabupaten (Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali) dan setiap hari memerlukan minimal 20 kg pakan, diperlukan suplai pakan 200 ton/hari. “Oleh karena dalam teknologi pakan komplit telah dicampur berbagai bahan pakan (hijauan dan konsentrat), maka pemberian pakan 10 kg/ekor/hari pakan komplit sudah cukup memadai untuk mempertahakan hidup pokok ternak. Kapasitas produksi pakan komplit untuk sapi adalah 20 ton/hari sehingga baru 10% yang dapat dipergunakan untuk mendukung penyediaan pakan ternak,†jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, Tim Tanggap Darurat NMT Fakultas Peternakan UGM bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) didukung oleh Smart Tbk (agribusiness and food) melaksanakan program ini untuk target sasaran wilayah posko ternak yang tersebar di wilayah Sleman, Kulon Progo, Magelang, dan Klaten. (Humas UGM/Ika)