• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Lebih 50% Sapi Perah Korban Merapi Terkena Mastitis

Lebih 50% Sapi Perah Korban Merapi Terkena Mastitis

  • 01 Desember 2010, 16:01 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7781
Lebih 50% Sapi Perah Korban Merapi Terkena Mastitis

BULAKSUMUR – Lebih dari 50% dari puluhan ribu sapi perah korban erupsi Merapi dilaporkan terkena penyakit mastitis (radang ambing), akibat terkena awan panas beberapa waktu lalu. Kondisi semakin parah dengan tidak pernah diperahnya sapi-sapi tersebut karena ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga terinfeksi bakteri. Hal itu disampaikan oleh koordinator tim identifikasi penanganan ternak korban Merapi, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, M.S., kepada wartawan, Rabu (1/12).

Sebagian besar ternak sapi perah korban Merapi mengalami penyakit mastitis kategori akut dan kronis. Untuk sapi yang masih tergolong akut, kemungkinan besar masih bisa sembuh, sedangkan yang bersifat kronis kemungkinan besar tidak dapat memproduksi susu kembali. "Jika tidak produktif lagi, disarankan sapinya dijual ke pemerintah," kata Ketua Ketua Posko Medik Veteriner FKH UGM.

Dijelaskan oleh Guru Besar FKH UGM ini, penyakit mastitis cukup merugikan peternak. Untuk sapi yang mengalami mastitis akut masih dapat diobati dengan cara memberi antibiotik. Setelah sembuh, sapi perah ini masih dapat memproduksi susu kembali. Sementara itu, yang mengalami mastitis bersifat kronis, dapat disembuhkan, tetapi tidak dapat memproduksi susu lagi karena jaringan kelenjar ambing mengalami kerusakan. "Sampai saat ini, belum didata secara keseluruhan berapa jumlah sapi yang mengalami mastitis, baik akut dan kronis, dikarenakan masih ada beberapa sapi yang masih belum dievakuasi," katanya.

Menjawab pertanyaan wartawan tentang kemungkinan penularan penyakit dari hewan yang mati ke manusia, Prof. Ida menjelaskan sampai saat ini belum ditemukan adanya kasus tersebut (zoonosis). Menurutnya, awan panas Merapi yang mencapai suhu 600 derajat Celcius mampu memusnahkan sebagian besar bakteri dan virus pada hewan yang mati tersebut. "Tetap ada hikmahnya karena sumber penyakit berupa salmonella dan anthrax bisa mati pada suhu tersebut," katanya.

Dari hasil identifikasi, ternak sapi perah yang berada di lokasi rawan bencana di wilayah Sleman sebanyak 5.273 ekor, Klaten 6.974 ekor, Magelang 767 ekor, dan Boyolali sekitar 62.038 ekor.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, M.M., Ph.D., mengatakan pemerintah melalui anggaran Kementerian Pertanian siap mengganti ternak yang mati dengan memberikan bantuan ternak. "Pemerintah akan mengganti ternak yang mati dengan memberi ganti berupa ternak melalui program bansos (bantuan sosial)," katanya. Ia menyebutkan hewan mati akibat korban Merapi sampai saat ini sejumlah 2.907 ekor, sedangkan sapi yang akan dijual sebanyak 3.881 ekor. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Limbah Kulit Kakao Berkhasiat Cegah Mastitis pada Sapi Perah

    Thursday,09 June 2016 - 8:27
  • Pemetaan Penyakit Ternak Lereng Merapi

    Tuesday,04 December 2012 - 17:10
  • Tingkatkan Produksi Susu Dalam Negeri, Dosen FKH UGM Kembangkan Vaksin Mastitis

    Wednesday,05 August 2015 - 7:57
  • 72.047 Ternak Korban Merapi Belum Dievakuasi

    Thursday,18 November 2010 - 17:16
  • Penggantian Ternak Sapi Korban Merapi Mencapai 4.000 Ekor

    Monday,24 January 2011 - 12:37

Rilis Berita

  • Terancam Punah, Yayasan KEHATI, OIC, dan The Body Shop Gelar Roadshow Peduli Orangutan di UGM 26 March 2023
    Awal bulan Novermber 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera U
    Satria
  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual