BULAKSUMUR – Lebih dari 50% dari puluhan ribu sapi perah korban erupsi Merapi dilaporkan terkena penyakit mastitis (radang ambing), akibat terkena awan panas beberapa waktu lalu. Kondisi semakin parah dengan tidak pernah diperahnya sapi-sapi tersebut karena ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga terinfeksi bakteri. Hal itu disampaikan oleh koordinator tim identifikasi penanganan ternak korban Merapi, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, M.S., kepada wartawan, Rabu (1/12).
Sebagian besar ternak sapi perah korban Merapi mengalami penyakit mastitis kategori akut dan kronis. Untuk sapi yang masih tergolong akut, kemungkinan besar masih bisa sembuh, sedangkan yang bersifat kronis kemungkinan besar tidak dapat memproduksi susu kembali. “Jika tidak produktif lagi, disarankan sapinya dijual ke pemerintah,” kata Ketua Ketua Posko Medik Veteriner FKH UGM.
Dijelaskan oleh Guru Besar FKH UGM ini, penyakit mastitis cukup merugikan peternak. Untuk sapi yang mengalami mastitis akut masih dapat diobati dengan cara memberi antibiotik. Setelah sembuh, sapi perah ini masih dapat memproduksi susu kembali. Sementara itu, yang mengalami mastitis bersifat kronis, dapat disembuhkan, tetapi tidak dapat memproduksi susu lagi karena jaringan kelenjar ambing mengalami kerusakan. “Sampai saat ini, belum didata secara keseluruhan berapa jumlah sapi yang mengalami mastitis, baik akut dan kronis, dikarenakan masih ada beberapa sapi yang masih belum dievakuasi,” katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang kemungkinan penularan penyakit dari hewan yang mati ke manusia, Prof. Ida menjelaskan sampai saat ini belum ditemukan adanya kasus tersebut (zoonosis). Menurutnya, awan panas Merapi yang mencapai suhu 600 derajat Celcius mampu memusnahkan sebagian besar bakteri dan virus pada hewan yang mati tersebut. “Tetap ada hikmahnya karena sumber penyakit berupa salmonella dan anthrax bisa mati pada suhu tersebut,” katanya.
Dari hasil identifikasi, ternak sapi perah yang berada di lokasi rawan bencana di wilayah Sleman sebanyak 5.273 ekor, Klaten 6.974 ekor, Magelang 767 ekor, dan Boyolali sekitar 62.038 ekor.
Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, M.M., Ph.D., mengatakan pemerintah melalui anggaran Kementerian Pertanian siap mengganti ternak yang mati dengan memberikan bantuan ternak. “Pemerintah akan mengganti ternak yang mati dengan memberi ganti berupa ternak melalui program bansos (bantuan sosial),” katanya. Ia menyebutkan hewan mati akibat korban Merapi sampai saat ini sejumlah 2.907 ekor, sedangkan sapi yang akan dijual sebanyak 3.881 ekor. (Humas UGM/Gusti Grehenson)