Jamu merupakan produk pengobatan tradisional Indonesia yang turut mengilhami tradisi medis dunia Barat. Pengetahuan pengobatan tradisional ini menginspirasi peristiwa renaissance dunia medis Eropa pada abad 16 dan 17 silam. â€Kearifan lokal tentang pengobatan tradisional ini mengilhami renaissance medis di Eropa. Namun begitu, Indonesia yang merupakan negara asal jamu ini sering kali tidak diakui menjadi pemilik pengetahuan tradisional jamu ini,†kata Hans Pols, Ph.D., Guru Besar Sejarah pada Universitas Sydney, Australia, Selasa (7/12), di Museum Affandi Yogyakarta.
Dalam workshop bertajuk ‘Local Knowledge and Global Health’ WISDOM 2010 ini, Hans Pols mengatakan berbagai jalan dalam tradisi pengobatan di dunia telah terhubung sejak lama. Keterkaitan tersebut terjalin melalui berbagai jalan, seperti perdagangan, interaksi perorangan, dan pertukaran barang. Keseluruhan hal tersebut merupakan sarana yang turut berperan dalam menyebarluaskan pengetahuan medis tradisional yang bermanfaat bagi perkembangan dunia medis secara luas. Interaksi berlanjut hingga saat ini, tetapi dengan format yang berbeda. Saat ini, interaksi terbangun melalui dialog internasional antarahli kesehatan dan penyakit. “Dengan berbagai dialog yang dilakukan, diharapkan dapat diperoleh berbagai perkembangan baru yang menarik di dunia pengobatan tradisional,†terangnya.
Prof. Dr. Phil. Nat. Sudarsono, Apt., Guru Besar Fakultas Farmasi UGM mengatakan koleksi data pada bidang riset pengobatan tradisonal harus lebih diintensifkan lagi. Hal itu untuk memperoleh data ilmiah kedokteran yang tepat guna memberikan kontribusi pada dunia kesehatan global. “Untuk itu, monitoring dan penelitian mengenai pengetahuan lokal di kelompok etnis yang memiliki kepercayaan kuat akan kebudayaan mereka sangat dianjurkan,†tuturnya.
Prof. Dr. Latifah K. Darusman, Institut Pertanian Bogor, mengatakan pemanfaatan kearifan pengetahuan lokal seperti etnofarmakologi bersama dengan aplikasi teknologi yang tepat mampu memberikan sejumlah manfaat pada masyarakat dan alam. Sementara itu, partisipasi masyarakat, menurut Latifah, merupakan salah satu kunci kesuksesan keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam.
Dalam workshop tersebut, turut hadir pula sebagai pembicara, antara lain, Dr. Hilawan Yuda Teruna, M.Si., Universitas Riau, Dr. Irawan Wijaya Kusuma, Universitas Mulawarman, dan Prof. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Ph.D. (Humas UGM/Ika)