• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Toleransi di Indonesia Jauh Lebih Baik

Toleransi di Indonesia Jauh Lebih Baik

  • 08 Desember 2010, 14:54 WIB
  • Oleh: Agung
  • 4866
Toleransi di Indonesia Jauh Lebih Baik

Masyarakat Indonesia sudah memiliki kemampuan toleransi yang mendalam. Meski belum sempurna, toleransi dalam masyarakat tersebut dinilai cukup baik dibandingkan dengan negara-negara lain. "Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pulau, pelabuhan, dan kota perdagangan. Di daerah-daerah itu, orang sebenarnya tidak saling mengenal dan berbeda. Seperti di Malaka dan Aceh, itu sebenarnya kota internasional karena perdagangannya bukan kota tertutup yang fanatik," ujar Prof. Dr. Franz Magnis Suseno dalam Workshop 'Managing Multiculturalism: Complexities and Contradictions', Selasa (7/12).

Dalam pandangan Magnis Suseno, toleransi tidak hanya sebagai budaya, tetapi merupakan keyakinan bahwa dalam agama tidak boleh ada paksaan. Dalam pergaulan semua diharapkan dapat saling menghormati satu dengan yang lain.

Meski melingkupi permasalahan yang kompleks, toleransi ini berkaitan dengan rasa tahu diri dan sikap tenggang rasa. Dalam pandangan staf pengajar STF Driyakara ini, toleransi terus mengalami tantangan. Tantangan-tantangan itu jika tidak ditangani oleh banyak pihak seakan-akan mencekik toleransi itu sendiri. Tantangan yang dimaksud, antara lain, suasana kompetisi yang sangat keras, terutama kondisi ekonomi yang dialami masyarakat berpendapatan rendah karena merekalah yang saling bersaing keras untuk bisa hidup dan maju.

Sementara di pihak lain, muncul ideologi-ideologi ekslusivisme. "Kebersamaan memang sebagai solusi. Namun, hal itu tidak sekadar diomongkan. Perlu banyak dipraktikkan. Banyaknya forum bisa menjembatani hubungan antaragama di Indonesia dan itu yang menjadikan semuanya lebih baik dibanding dulu, misalnya hubungan umat Kristiani dan Islam yang semakin bertambah dalam bertoleransi," jelasnya di Batik Winotosastro Yogyakarta.

Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan lokal, seperti dalam adat dan kebiasaan serta cara berbicara, menjadi faktor yang sangat penting. Hal-hal semacam itulah yang harus dimanfaatkan tidak hanya berdasar pada prinsip-prinsip seperti hak asasi manusia, tetapi kearifan lokal yang berada di tingkat akar rumput harus dibaca. "Dulu saya di Jogja empat tahun bisa mendapatkan peran rasa, olah rasa, tenggang rasa, dan saling menghormati sikap. Hal-hal semacam inilah yang akhirnya mendorong ke arah toleransi. Dulu memang ada, tapi sepertinya sekarang tidak diangkat. Zaman Pak Harto sudah ada, tapi kebijakannya justru berkebalikan," tambah Magnis.

Dengan pengalaman sebagai rohaniwan, Frans Magnis Suseno menilai hubungan Islam dan Kristen dalam hal-hal tertentu saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan masa lampau. Bahkan, hubungan tersebut jauh lebih erat daripada 60 tahun lalu saat kedatangannya di Indonesia. "Enam puluh tahun yang lalu, seorang romo tidak kenal dengan seorang kyai dalam sebuah pondok pesantren. Sekarang, hubungan dengan NU dan Muhammadiyah jauh lebih erat karena bisa menepis yang negatif-negatif dan menumbuhkan kepercayaan meski permasalahan yang dihadapi sangat kompleks," terangnya.

Selain Frans Magnis Suseno, workshop dalam rangkaian kegiatan World Conference on Culture, Education, and Science ini menampilkan beberapa pembicara lain, di antaranya Prof. Dr. Judith Schlehe (Jerman), Dr. Mulyadi, M.Si. (UNIPA, Manokwari), Ali Abdel Moneim, B.S., Dip., M.Si. (UII), Umar Hadi, Prof. Dr. Muchtar Ahmad (Universitas Riau), Prof. Santosa, Ph.D. (ISI Surakarta), Prof. Dr. Paul Morris (Director for Religious Studies at Victoria University of Wellington, New Zealand), Prof. Dr. P.M. Laksono (UGM), Dr. Jean Couteau (Perancis), Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. (Universitas Hasanuddin, Makasar), dan Dr. Rimbawan (IPB, Bogor). (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Pemuda Harus Junjung Tinggi Toleransi

    Thursday,29 October 2015 - 17:08
  • Mendesak, Riset Bioteknologi Tanaman Pangan Tahan Perubahan Iklim dan Kekeringan

    Wednesday,07 December 2011 - 7:01
  • Mahasiswa UGM Teliti Budaya Toleransi Masyarakat Cigugur Kuningan

    Wednesday,12 June 2019 - 9:48
  • Pengajian Dies Natalis UGM ke-68

    Monday,11 December 2017 - 15:56
  • DOSEN FT UGM RANCANG ALAT TERAPI KEJANG LISTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C52

    Monday,08 November 2004 - 10:41

Rilis Berita

  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual