Globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi oleh setiap negara di dunia. Globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar pada kehidupan masyarakat dunia saat ini. Begitu pula di Indonesia, globalisasi telah mempengaruhi sistem pendidikan tinggi. Salah satu bentuk gobalisasi dalam pendidikan tinggi adalah internasionalisasi. Internasionalisasi memegang peran yang signifikan dalam pembangunan pendidikan tinggi.
Hal tersebut mengemuka dalam Workshop ‘Education in a Global World: Continuity and Change’ di Balai Senat UGM, Selasa (7/12). Dalam workshop yang merupakan rangkaian kegiatan WISDOM 2010 ini, dihadirkan beberapa pembicara, antara lain, Prof. Emeritus Syamsuni Arman, Ph.D. (Universitas Tanjungpura, Pontianak), Prof. H.A.R. Tilaar (Universitas Negeri Jakarta), Prof. Amir Awaluddin, M.Sc. (Universitas Riau), Prof. Uichol Kim, Ph.D. (Korea), Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah (Universitas Pendidikan Indonesia), dan Prof. Dr. Soenarto Sastrowijoto (Universitas Gadjah Mada).
Prof. H.A.R. Tilaar, Universitas Negeri Jakarta, menuturkan adanya internasionalisasi yang mewarnai dunia pendidikan Indonesia merupakan sebuah pertanda positif. Hal tersebut menandakan adanya sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna menghadapi persaingan global. Dikatakannya bahwa internasionalisasi pendidikan masih perlu dikaji kembali pada konsep dan implikasinya. Dalam konsep, dirancang untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam dunia global. Namun, tanpa disadari program ini kemudian berubah menjadi komoditas bisnis.
Menurut Tilaar, pembangunan pendidikan nasional Indonesia harus dikembalikan pada semangat konstitusi 1945. Pendidikan dalam semangat konstitusi 1945 berarti bebas dari kemiskinan, pengkotak-kotakan, dan totalitarianisme. Sementara itu, dalam menghadapi persaingan global, disebutkan Tilaar, identitas bangsa Indonesia harus terus dipelihara dan dikembangkan melalui sistem pendidikan nasional yang bergantung pada kekayaan budaya nasional. Dengan demikian, Indonesia melalui pendidikan nasional dapat memberikan kontribusi positif dalam perubahan global. “Jadi, sebenarnya hal inilah yang disebut pendidikan berkelas internasional,†jelasnya.
Prof. (Em). Syamsuni Arman, Ph.D., Universitas Tanjungpura Pontianak, mengatakan pendidikan, khususnya dalam proses membangun negara, merupakan moderator dalam menghadapi kejutan gelombang persaingan global. Pendidikan, disebutkan Syamsuni, adalah alat dan metode untuk menyebarluaskan pengetahuan, ilmu, dan teknologi kepada masyarakat luas.
Pembicara lain, Prof. Amir Awaluddin, M.Sc., Universitas Riau, dalam kesempatan tersebut mengatakan dalam menghadapi tantangan globalisasi, pendidikan tinggi memegang peran utama. Perguruan tinggi tidak hanya berperan dalam menghasilkan lulusan berkualitas dalam hal akademik, tetapi juga lulusan yang memiliki penguasaan multibahasa dan pemahaman antar budaya. “Hal ini tentunya menjadi waktu yang tepat untuk menghasilkan lulusan dengan kualifikasi internasional, yang bisa bersaing dengan lulusan dari berbagai universitas di seluruh belahan dunia. Tak hanya itu, lulusan perguruan tinggi Indonesia diharapkan bisa turut berkontribusi secara aktif dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa,†terangnya. (Humas UGM/Ika)