Rabu, (8/12), perhelatan World Conference on Culture, Education, and Science – WISDOM 2010 di Universitas Gadjah Mada resmi diakhiri dengan pembacaan Deklarasi WISDOM 2010 oleh Ance Triomatra, perwakilan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, di Grha Sabha Pramana UGM. Deklarasi diserahterimakan secara simbolis oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., kepada Menteri Kebuadayaan dan Pariwisata RI, Prof. Ir. Jero Wacik.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Jop Ave, mantan Menteri Pariwisata, Pos, & Telekomunikasi, yang menyampaikan simpulan dari perhelatan WISDOM 2010 dalam bentuk conference reflection. Acara penutupan juga dihadiri oleh Direktur UNESCO Regional Asia Pasifik, Prof. Hubert Gijzen, Ph.D., Dr. Marcio Favilla, Direktur Eksekutif UNWTO, dan para rektor/perwakilan universitas mitra WISDOM 2010.
Menteri Kebuadayaan dan Pariwisata RI, Prof. Ir Jero Wacik, dalam acara yang mengangkat tema kearifan lokal ini menyampaikan kearifan lokal akan diangkat sebagai hal yang dapat memberikan inspirasi bagi dunia. Kearifan lokal tersebut, diharapkan Jero Wacik, tidak hanya dapat menginspirasi masyarakat dunia, tetapi juga kehidupan setiap individu. “Jadikan kearifan lokal ini menjadi inspirasi kehidupan kita masing-masing,†tambahnya.
Perhelatan WISDOM 2010 yang berlangsung selama tiga hari ini menghasilkan berbagai rekomendasi yang terangkum dalam bentuk Deklarasi WISDOM 2010 yang berisi delapan poin penting. Isi deklarasi tersebut adalah (1) Indonesia mengemban tugas tanggung jawab untuk membentuk sebuah forum kebudayaan antar bangsa; (2) keragaman budaya menjadi komponen penting dan berharga yang harus dirangkul; (3) memprioritaskan penyelamatan kebudayaan yang terancam punah; (4) pentingnya keterlibatan masyarakat dalam perlindungan dan revitalisasi budaya; (5) pengembangan kebudayaan harus diberikan peran sederajat dalam manajemen dan perencanaan tingkat nasional dan internasional masyarakat modern; (6) pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan adalah pilar-pilar pokok bagi dialog kebudayaan yang kokoh dan membumi; (7) forum kebudayaan membahas isu-isu budaya global dan demi keberhasilan dialog nan produktif; dan (8) forum kebudayaan harus melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh dengan perspektif yang beragam dan bahkan kontroversial. (Humas UGM/Ika)