YOGYAKARTA – Upaya untuk mengatasi krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini memerlukan sinergi partisipasi publik secara aktif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan pengembangan model pengajaran pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah dengan modul-modul inovatif pembelajaran lingkungan hidup. Hal ini yang mendorong Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM dan Dinas Dikpora DIY melaksanakan kegiatan pelatihan rancang modul pembelajaran lingkungan hidup yang ditujukan bagi guru SMK Rintisan Sekolah Bersertifikasi Internasional (RSBI) se-DIY.
Pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari, 8-10 Desember, ini melibatkan 35 guru SMK RSBI. Mereka akan mendapatkan materi karakteristik dan desain modul, prosedur penyusunan modul, dan penyusunan modul berbasis mata pelajaran. Selain itu, juga akan disampaikan telaah contoh modul dan bedah modul.
Penggagas kegiatan, Prof. Dr. Ir. Widyastuti, M.Sc., menyampaikan pembelajaran lingkungan hidup di sekolah tidak hanya bertujuan mencerdaskan siswa, tetapi sekaligus menumbuhkembangkan pengetahuan, nilai, sikap perilaku, wawasan, dan kepedulian guru dan siswa di sekolah. “Pelatihan ini diharapkan terbangunnya jejaring sekolah dan guru SMK untuk pengembangan modul pembelajaran lingkungan hidup yang inovatif,” kata Widyastuti dalam saat membuka acara pelatihan di University Club (UC) lantai II, Rabu (8/12).
Ia menambahkan proses pembelajaran lingkungan hidup di sekolah dilakukan melalui metode infusi yang prospektif dan berkelanjutan dengan modul-nodul inovatif. Pilar kualitas modul tersebut, di antaranya self instruction, self contained, adaptif, berdiri sendiri, dan bersahabat (user friendly).
Selama pelatihan, peserta mendapatkan beberapa materi dari praktisi dari UGM, meliputi materi kurikulum dan modul dalam manajemen pembelajaran oleh Dr. Ir. Djoko Luknanto, M.Sc.,. karakteristik dan desain modul oleh Prof. Dr. dr. Harsono, prosedur penyusunan modul oleh Dr. Tina Afiatin, M.Si., perancangan proyek modul pembelajaran lingkungan hidup oleh Priyono Suryanto, dan telaah contoh modul oleh Mukhlison, S.Hut.
Psikolog UGM, Tina Afiatin, mengatakan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan materi tambahan terhadap kurikulum sekolah. Namun, PLH tidak mempunyai alokasi waktu tertentu dalam struktur kurikulum sekolah. “Siswa perlu dibekali materi PLH secara terpadu dengan mata pelajaran lainnya. Keberhasilan PLH sangat tergantung pada proses pembelajarannya,” tuturnya.
Tolok ukur keberhasilan pendidikan lingkungan di sekolah, menurut Tina, secara makro ditandai dengan suasana pembelajaran yang tampak di sekolah, baik perorangan maupun kelompok, dari segenap peserta dalam pelaksanaan dan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, rapi dan hijau. Secara mikro, dapat dilihat dari perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari berperan serta sebagai pendorong dan pelaku pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. (Humas UGM/Gusti Grehenson)