YOGYAKARTA- Tanggal 19 Desember 2010 merupakan hari jadi UGM yang ke-61. Para mahasiswa tidak ingin ketinggalan ikut menyambut hari jadi tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh BEM KM UGM. Sejak tanggal 5-8 Desember 2010, mereka mengadakan serangkaian kegiatan yang diberi tajuk ‘Festival Indonesia 100%’ di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri.
Presiden Mahasiswa UGM, Aza El Munadiyan, menuturkan kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, diskusi dengan narasumber yang berkompeten di bidang hukum dan pendidikan, pameran hasil kerajinan dan UMKM, aksi sosial dan kesehatan, serta pameran foto dan lukisan. “Sebagai sebuah lembaga mahasiswa yang menjadi gerakan intelektual, tentu kita tidak bisa lepas dari penyajian muatan ilmu dan pengetahuan dalam setiap kegiatannya., maka untuk itulah diselenggarakan Festival Indonesia 100%,†terang Aza, Rabu (8/12).
Ia mengatakan dalam beberapa topik diskusi kemarin dihadirkan narasumber anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Deny Indrayana, Direktur Pukat Korupsi UGM, Zainal Arifin Mochtar, Ketua Dewan Pendidikan, Prof. Wuryadi, dan pemerhati pendidikan, Eko Prasetyo.
Sementara itu, aksi sosial dilakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar UGM. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan adalah belajar sehari bersama anak Indonesia dan dilanjutkan dengan pelayanan terbuka untuk masyarakat menengah ke bawah di desa-desa sekitar kampus UGM. “Tentu ini juga relevan dengan visi UGM sebagai kampus kerakyatan,†ujarnya.
Ketua Indonesia 100%, Ivan Nashara, menambahkan pameran kerakyatan berisi pameran UMKM, pameran kuliner, pameran buku, dan galeri kerakyatan. Pameran UMKM diisi oleh berbagai UMKM di DIY, seperti wayang, batik, dan kerajinan rakyat tradisional lainnya. “Ini juga dilengkapi dengan pameran kuliner dan PKM, khususnya beberapa poster pemenang PIMNAS PKM,†kata Ivan.
Untuk hari terakhir, ditampilkan pula beberapa lukisan dari komunitas pelukis Yogyakarta. Keuntungan dari penjualan pameran lukisan akan disumbangkan kepada para korban erupsi Merapi. Malam harinya, sebagai penutup, juga digelar Simfoni Kerakyatan Peduli Merapi dengan menghadirkan pengungsi Merapi. (Humas UGM/Satria AN)