YOGYAKARTA – Forum Sekolah Hijau (Forsejau) SMA RSBI se-DIY siap melakukan gerakan penyelamatan tanaman langka di DIY. Beberapa tanaman langka yang dimaksud, yakni kepel, duku karangkajen, mundu, cendana, namnaman, dan duwet. Tanaman-tanaman ini kini semakin langka dan sulit dicari di Yogyakarta. Rencananya, tanaman tersebut akan ditanam di setiap lingkungan sekolah.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Forsejau, Drs. Rusman, usai mengikuti pelatihan sekolah hijau yang dilaksanakan oleh LPPM UGM dan Dinas Dikpora DIY di Desa Hargotirto, Kulon Progo, baru-baru ini. Rusman adalah ketua forum paguyuban 30 guru perwakilan SMA RSBI yang mengikuti pelatihan sekolah hijau.
Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana SMAN 2 Yogyakarta ini mengutarakan dalam waktu dekat Forsejau akan melakukan sosialisasi terkait dengan program sekolah hijau ke beberapa sekolah di DIY, termasuk program penyelamatan tanaman langka. “Gerakan ini akan kita luncurkan bersamaan dengan hari bumi tahun 2011,” ujarnya.
Ia menambahkan kegiatan penyelamatan tanaman langka ini akan menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah lain di DIY untuk melakukan hal yang sama. “Setidaknya bisa menjadi pionir untuk merealisasikan sekolah hijau,” kata guru pengampu pelajaran Fisika ini.
Keberhasilan program penghijauan di sekolah-sekolah, kata Rusman, diharapkan akan mendukung program penghematan energi di sekolah, seperti mengurangi penggunaan alat pendingin ruangan di setiap kelas. Ia mencontohkan tagihan listrik di SMAN 2 mencapai 6 juta rupiah/bulan. “Bila lingkungan hijau, kita bisa mengurangi penggunaan AC dan bisa lebih hemat menggunakan listrik,” katanya.
Staf Ahli Forsejau, Priyono Suryanto, S.Hut., M.P., mengakui program gerakan penyelamatan tanaman langka perlu mendapat dukungan semua pihak sebagai gerakan bersama menjaga kelestarian lingkungan. Menurutnya, gerakan penanaman tanaman langka sangat baik untuk dilakukan di lingkungan sekolah. Selain aman, tanaman tersebut akan terus dirawat, baik oleh guru maupun para siswa. “Paling aman kalau sudah ditanam di sekolah,” ujar dosen Fakultas Kehutanan UGM ini.
Di samping itu, penyelamatan tanaman langka ini dapat mendukung usaha rehabilitasi dari laju degradasi hutan saat ini. Bagaimanapun, tanggung jawab terhadap biodiversitas dan rehabilitasi hutan tidak hanya terletak pada pemangku kepentingan semata, tetapi juga oleh masyarakat, tak terkecuali sekolah.
Untuk mendukung gerakan penyelamatan tanaman langka ini, Fakultas Kehutanan berkerja sama dengan LPPM UGM akan mendukung dengan mengupayakan adanya bibit tanaman untuk ditanam di lingkungan sekolah. “Kita akan siapkan bibitnya. Kita ingin semua guru dan siswa bisa proaktif nantinya,” tambahnya.
Seperti diketahui, SMA RSBI di DIY meliputi SMAN 1 Yogyakarta, SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 3 Yogyakarta, SMAN 8 Yogyakarta, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, SMA Muhammadiyah 2, SMAN 1 Bantul, SMAN 1 Kasihan, SMAN 1 Wonosari, SMAN 2 Wates, SMAN 1 Kalasan, SMAN 1 Sleman, SMA BOPKRI I Yogyakarta, SMA Stella Duce I Yogyakarta, dan SMA Kolese De Britto Yogyakarta. (Humas UGM/Gusti Grehenson)