YOGYAKARTA – Berita gembira bagi para pengungsi korban Merapi. Bagi mereka yang ternaknya mati akibat terkena awan panas Merapi akan diberikan ganti segera. Besarnya dana yang disiapkan untuk keperluan ini adalah 25,5 miliar rupiah untuk 3.000 ternak yang mati. Pernyataan itu disampaikan oleh koordinator tim identifikasi penanganan ternak korban Merapi, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, M.P., Jumat (10/12).
Ida menyampaikan penggantian ternak mulai dilakukan pertengahan Desember ini melalui dinas pertanian masing-masing kabupaten. “Minggu ini mulai dilakukan lewat dinas pertanian di masing-masing kabupaten,” katanya.
Dana penggantian ternak yang mati tersebut, disebutkan Ida, diambil dari dana 100 miliar yang selama ini disiapkan pemerintah untuk pembelian sapi hidup. Namun, karena kondisi Merapi sudah relatif lebih aman dan para peternak tidak ingin menjual sapinya, dikhawatirkan dana untuk pembelian sapi hidup tersebut tidak terserap. “Kita mengusulkan dari sisa dana 100 miliar ini digunakan untuk penggantian sapi yang mati dan akhirnya disetujui,” kata ketua posko medik veteriner FKH UGM ini.
Guru Besar FKH UGM ini menjelaskan dana sebesar 25,5 miliar tersebut akan segera dicairkan. Namun, penggantian ternak tidak diwujudkan dengan uang, tetapi berupa sapi hidup. Setiap sapi yang mati akan diganti dengan sapi hidup dengan harga rata-rata 8,5 juta rupiah. “Seluruh sapi yang mati kita samakan harga rata-ratanya,” ujarnya.
Ida menyebutkan dana penggantian ternak yang disiapkan diperuntukkan bagi empat kabupaten di DIY dan Jawa Tengah. Alokasi dana bagi Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp21.360.500.000,00 untuk ternak mati sejumlah 2.513 ekor. Sementara itu, Klaten diberi dana Rp3.298.000.000,00 untuk penggantian 388 ekor ternak mati. Berikutnya, Boyolali dan Magelang berturut-turut Rp595.000.000,00 dan Rp246.500.000,00 untuk mengganti 70 ekor dan 29 ekor ternak.
Ida menambahkan kesepakatan penggantian ternak mati tersebut didasarkan atas hasil usulan tim identifikasi dalam pertemuan dengan BNPB, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan RI, dan tim task force. Ida sendiri mengaku lega karena berhasil memperjuangkan ide tersebut. Padahal sebelumnya, penggantian sapi yang mati direncanakan baru akan direalisasikan pemerintah pada tahun 2011 melalui program bantuan sosial Kementerian Pertanian RI. (Humas UGM/Gusti Grehenson)