• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Perang Kembang Dalam Budaya Jawa

Perang Kembang Dalam Budaya Jawa

  • 13 Desember 2010, 11:50 WIB
  • Oleh: Ika
  • 13564

Perang dalam pertunjukan wayang kulit purwa merupakan salah satu bagian yang penting dan menarik di mata penikmat pertunjukan. Dalam pakeliran tradisi Yogyakarta, setidaknya terdapat tujuh kali adegan perangan dengan beragam karakteristik baik dalam istilah, keterikatan dengan pathet (waktu), maupun pola gerakannya.

Wisma Nugraha Christianto Rich, M.Hum., staf pengajar jurusan Sastra Nusantara FIB UGM, menyebutkan perang dalam pagelaran wayang kulit bisa ditafsirkan sebagai lukisan perjalanan emosi karena konflik individu yang berkembang ke pelibatan kelompok atau negara. Dalam peperangan, kekuatan fisik, siasat, startegi, senjata, ajian, transportasi, serta kekuatan jejaring turut dilibatkan.

“Perang secara garis besar memuat gambaran tentang perjalanan tingkat kecerdasan emosi, cara berfikir dan bertindak,” terangnya dalam seminar “Perang Kembang: Persepsi dan Interpretasi dalam Budaya Jawa” yang digelar Jurusan Sastra Nusantara di Auditorium FIB UGM, Sabtu (11/12).

Selain hal tersebut, lanjut Wisma Nugraha, perang juga menggambarkan kemampuan berkomunikasi, penguasaan ilum pengetahuan-teknologi, dan membangun jejaring sosial-politik. “Perang juga menggambarkan tingkat kedewasaan dan kematangan kepribadian dengan cara pertemuan ego dengan the other”, jelasnya.

Ditambahkan Wisma Nugraha, perang kembang dalam pewayangan merupakan simbol pergulatan dan perjuangan manusia dalam melawan nafsu jahat dalam diri manusia. Perang kembang yang terpapar dalam tradisi pewayangan Yogyakarta menggambarkan perselisihan yang berlangsung dalam ruang ruang yang tertata (pathet nem). Proses seseorang menghadapi krisis dalam berelasi dengan orang lain telah digambarkan dan dinyatakan sejak dini dalam tradisi ini sehingga harus direspon dengan cepat. Dengan demikian saat seseoarang memasuki pola relasi yang bersifat multikultural dan multi etnis, diharapkan mampu merespon dengan cepat dan cerdas.

Sementara dalam perang kembang tradisi Surakarta menghadirkan gambaran perselisihan , pertengkaran, dan perkelahianm antara seorang satria yang telah menguasai beberapa skil dan ilmu pemgetahuan dengan tokoh buta. Perang kembang Surakarta secara tegas menyatakan terjadinya arena laga seseoran yang sedang berkembang perkembangan fisik dan ilmu pengetahuan dengan beberapa buta dari dunia liar yang memiliki tradisi budaya yang sama sekali berbeda dengan satria. “Dalam perjumpaan dua tradisi dapat dicermati adanya perbedaan bahasa yang menghambat komunikasi dan interaksi positif antar individu,” paparnya.

R. Bima Slamet Raharja, S.S., M.A., staf pengajar Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, mengungkapkan perang begal/ perang kembang, dalam pakeliran tardisi Surakarta memiliki karakteristik gerak sabetan serta makna yang bisa ditafsirkan secara beragam dalam kehidupan manusia. Kehadiran raksasa Cakil dan kelompokknya yang bermaksud menggoda kesatria dalam laku perjalanannya dapat diinterpretasikan sebagai pertempuran batin “putih” yang diapresiasi sebagai kebaikan dan “hitam” yang diapresiasi sebagai keburukan, yang berkecamuk dalam diri manusia.

“Oleh karenanya, seperti memahami dunia simbol, maka perang begal pun dilambangkan dengan babak kedewasaan bagi seorang manusia dalam melangkah ke kehidupan ini dengan beragam godaan dan ujan (driganta) yang dihadapinya,” urainya.

Pertentangan antar keinginan, tambah Slamet Raharja, berpadu sampai pada sebuah harapan bahwa manusia harus bisa memenangkan nafsu-nafsu yang melingkupinya. Lelaku manusia ini tidak terlepas atas konsep boja, karma, dan pati yang ditentukan oleh Tuhannya.

Suwardi Endraswara, M.Hum, staf pengajar FBS UNY memaparkan dalam perang kembang selalu muncul gerak-gerak unik. Hal tersebut seperti, seorang satria berkata: krasa tangan, kramasi epek-epek. Dengan nada tinggi, kalau satria sudah tersinggung juga akan mengeluarkan murkanya. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Kamasutra "Gugur Gunung"

    Monday,13 December 2010 - 7:33
  • Kembang Kertas Potensial Jadi Komoditas Bunga Potong

    Tuesday,16 July 2013 - 13:18
  • Cookies Bang Sulam dari Kembang Sepatu

    Tuesday,04 June 2013 - 14:30
  • Mahasiswa UGM Teliti Tradisi Perang Obor Jepara

    Monday,06 September 2021 - 10:23
  • Kamis Pahing, Cara FK-KMK Merawat Keistimewaan Yogyakarta

    Thursday,19 September 2019 - 11:20

Rilis Berita

  • Terancam Punah, Yayasan KEHATI, OIC, dan The Body Shop Gelar Roadshow Peduli Orangutan di UGM 26 March 2023
    Awal bulan Novermber 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera U
    Satria
  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual