YOGYAKARTA-Laju deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pengaruh deforestasi terhadap meningkatnya gas rumah kaca (GHGs) di atmosfer sudah sejak lama diketahui, tetapi baru pada COP-12 di Montreal tahun 2005 masuk dalam agenda pembahasan dalam Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Akibat lain, potensi hutan untuk dapat menyumbang devisa negara terganggu dengan kerusakan itu. Untuk itu, peran rimbawan dari alumni Fakultas Kehutanan sangat diperlukan untuk membantu mencari solusi. “Di sini, peran rimbawan untuk membantu mencari solusi permasalahan kehutanan sangat dinantikan,†kata Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, S.E., M.M., melalui Sekjen Kementerian Kehutanan, Hadi Daryanto, pada seminar nasional dalam rangka purnatugas Prof. Dr. Ir. M. Sambas Sabarnurdin, M.Sc., dan Dies Natalis ke-47 Fakultas Kehutanan, Jumat (17/12), di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM.
Zulkifli berharap agar para rimbawan dapat kembali serius menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk menyelesaikan persoalan kehutanan yang kian kompleks. Rimbawan saat ini harus memiliki jiwa konservasionis dengan tetap menyeimbangkan keselarasan kondisi lingkungan dan sosial. “Pengelolaan hutan itu butuh perumusan, baik teknis maupun nonteknis, selain tergantung dari adanya sebuah keputusan/kebijakan pemerintah,†katanya.
Diakuinya bahwa persoalan kerusakan hutan, emisi gas dari rumah kaca, hingga pembakaran hutan secara perlahan juga berdampak terhadap nasib bisnis dan investasi di Indonesia. Sayang, jika akibat persoalan ini posisi Indonesia di dunia justru semakin terpuruk, apalagi sekarang posisi Indonesia telah masuk dalam jajaran negara berkembang yang paling berpengaruh di dunia, sebagaimana Brazil, Rusia, China, dan India. “Jika tidak segera dicari solusi persoalan deforestasi dan degradasi posisi Indonesia bisa menciptakan kecemasan bagi pelaku dunia bisnis dan investasi,†jelasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, Apt., M.Sc., sebelum membuka seminar tersebut mengatakan meskipun dalam usianya yang relatif masih muda, kinerja dan sumbangan terhadap kemajuan bangsa sangat besar, khususnya yang menyangkut kehutanan. “Hal ini tidak bisa lepas dari sumbang saran dan pemikiran dari para alumni dan sesepuh dari Fakultas Kehutanan yang tersebar di berbagai instansi,†kata Retno.
Dekan Fakultas Kehutanan, Prof. Dr. Ir. Moh. Naiem, M.Agr.Sc .,dalam sambutannya menjelaskan kegiatan seminar nasional semacam ini nantinya akan dijadikan tradisi untuk mengiringi purnatugas setiap guru besar. Disebutkan Naiem, beberapa rangkain kegiatan yang digelar dalam Dies Fakultas Kehutanan, antara lain, reuni dan peresmian Hutan Wanagama III di Kebumen, Jawa Tengah, oleh Menteri Kehutanan. Ada pula malam purnatugas Prof. Dr. M. Sambas Sabarnurdin dengan meluncurkan buku kesan dan pesan dan pergelaran wayang kulit. Selain itu, akan diluncurkan buku sejarah Fakultas Kehutanan dan peresmian gedung oleh Rektor UGM dan Meneg Lingkungan Hidup. “Hutan Wanagama I di Gunung Kidul, Wanagama II di Jambi, dan Wanagama III yang akan diresmikan besok berada di Kebumen,†kata Naiem. (Humas UGM/Satria AN)