YOGYAKARTA – Fakultas Kehutanan (FKT) UGM melakukan perubahan dalam rangka efisiensi organisasi dan manajemen untuk peningkatan penyelenggaraan sistem pendidikan. Salah satunya adalah melakukan penyatuan empat prodi, yakni Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan, menjadi satu prodiialah Prodi Kehutanan. “Mulai 1 Agustus 2010 Fakultas Kehutanan tidak lagi memiliki empat prodi, melainkan jadi satu prodi,” kata Dekan Fakultas Kehutanan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc., dalam laporan tahunan Dekan FKT UGM 2010 yang dibacakan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Penjaminan Mutu, Dr. Ir. Eny Faridah, M.Sc., Sabtu (18/12), di Auditorium FKT UGM.
Dengan penyatuan prodi ini diharapkan Fakultas Kehutanan semakin efisien dan efektif dalam menyelenggarakan pendidikan pada tingkat sarjana. Selain itu, lulusan Kehutanan diharapkan memiliki kompetensi yang lebih luas sebagai general forester agar mampu berkompetisi dengan lebih baik di kancah pasar kerja, baik tingkat nasional maupun global.
Saat ini, seluruh mahasiswa S-1, S-2, S-3, dan D-3 berjumlah 1.421 orang dengan rasio jumlah mahasiswa pascasarjana mencapai 18 persen. “Ke depan, Fakultas akan terus berupaya meningkatkan rasio mahasiswa pascasarjana hingga 50 persen,” katanya.
Ia menyampaikan sebanyak 381 mahasiswa Kehutanan atau sekitar 26,81 persen dari seluruh mahasiswa telah mendapatkan bantuan beasiswa dari 16 lembaga pemberi beasiswa, baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, Fakultas Kehutanan juga telah berhasil melakukan pengukuran relevansi kurikulum dengan tuntutan dunia kerja dengan melakukan tracer study and labour market signal. Hasilnya, sebanyak 66,4 % lulusannya harus menunggu selama 0-6 bulan untuk mendapatkan pekerjaaan, 11,6% dengan masa tunggu 6 bulan-1 tahun, dan sisanya dengan masa tunggu lebih dari 1 tahun. “Sekitar 75 persen alumni kita bekerja di sektor kehutanan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, pidato Dies ke-47 Fakultas Kehutanan disampaikan oleh Guru Besar FKT UGM, Prof. Dr. Ir. Moch. Sambas Sabarnurdin, M.Sc., dengan judul ‘Upaya Harmonisasi Kelestarian Hutan dan Kemakmuran.” Dalam pemaparannya, Sambas mengutarakan pentingnya universitas perlu mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dengan kemampuan pendekatan holistik dalam mengelola sumber daya lahan untuk menyeimbangkan tujuan pembangunan dan stabilitas lingkungan. “Sumber daya manusia yang bisa mengaplikasikan keterpaduan ilmu pertanian dan kehutanan di lapangan banyak dibutuhkan, maka nampaknya program agroforestry sangat diperlukan,” katanya.
Pembaharuan Agroforestry di Kehutanan menurutnya perlu dilakukan dengan mengacu pada apa yang dipelajari dari praktik rakyat sehari-hari. “Kita tidak perlu malu mengakui bahwa pola tanam yang dipakai oleh kehutanan pada dasarnya adalah ditiru dari praktik masyarakat petani,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)