YOGYAKARTA-Selama 15 tahun terakhir komunitas keagamaan di kawasan Asia Tenggara telah mengalami perubahan drastis di bidang kehidupan beragama, politik, ekonomi, dan sosial, termasuk di dalamnya kebangkitan gerakan-gerakan keagamaan seiring dengan gerakan-gerakan reformasi dan demokratisasi.
Dengan melihat latar belakang hal tersebut maka Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS-Yogya) bersama dengan Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM, bekerja sama dengan Prince Alwaleed Bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding (ACMCU), Georgetown University dan Institute on Culture, Religion, and World Affairs (ICRWA), Boston University akan menyelenggarakan sebuah konferensi dan penelitian bertaraf internasional yang bertajuk “International Conference and Research on the Resurgence of Religions in Southeast Asia, 1997-2011â€.
“ Konferensi dan penelitian tentang kebangkitan agama-agama di Asia Tenggara ini akan diadakan 4-8 Januari 2011 mendatang dengan dihadiri sekitar 40 pembicara ahli dari berbagai negara,†ujar Dr. Siti Syamsiyatun, Direktur ICRS Yogyakarta, Selasa (21/12), di Stana Parahita UGM.
Dalam kesempatan tersebut Siti didampingi oleh Prof. Dr. Bernard Adeney-Risakotta , International Representative of ICRS, serta Dr. Wening Udasmoro, Associate Director of ICRS.
Beberapa ahli tersebut imbuh Siti diantaranya John Esposito (profesor di bidang International Affairs and Islamic Studies di Georgetown University, USA), Robert Hefner (profesor di bidang antropologi dan direktur Institute on Culture, Religion, and World Affairs di Boston University, USA), Amina Rasul (direktur Philippine Council on Islam and Democracy, Filipina), Osman Bakar (Deputi CEO International Institute of Advanced Islamic Studies, Malaysia), Imtiyaz Yusuf (Kepala Religion Department, Graduate School of Philosophy and Religion, Assumption University, Thailand), serta Vineeta Sinha (Associate Professor di Department of Sociology, National University of Singapore).
“ Selain itu ada pula kurang lebih 60 undangan yang terdiri dari para mahasiswa dan aktivis dari seluruh Indonesia dan 80 undangan dari komunitas akademis dan keagamaan,†tegasnya.
Sementara itu Prof. Dr. Bernard Adeney-Risakotta , International Representative of ICRS menambahkan tujuan penyelenggaraan konferensi dan penelitian ini adalah untuk menciptakan proses dialog antara para ahli dari berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, dan berasal dari belahan dunia yang berbeda, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Disamping itu, untuk menciptakan pemahaman akan hubungan di antara revitalisasi keagamaan dan perubahan politik, sosial, dan ekonomi di Asia Tenggara selama 15 tahun terakhir dan menyediakan interpretasi mendasar yang memetakan interaksi antara komunitas keagamaan dan perubahan sosial di kawasan Asia Tenggara selama 15 tahun terakhir berdasar penelitian empiris.
“ Kegiatan ini sekaligus untuk untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan di antara berbagai gerakan keagamaan di Asia Tenggara dan memberikan pengertian akan adanya bermacam respon keagamaan atas tantangan dalam transformasi sosial, budaya, politik dan ekonomi di wilayah ini,†terang Bernard.
Sementara itu menurut Dr. Wening Udasmoro, Associate Director of ICRS, fokus utama dari konferensi dan penelitian tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana revitalisasi keagamaan telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kehidupan politik, sosial, dan ekonomi di Asia Tenggara selama 15 tahun terakhir.
“ Selama empat hari pembicara akan saling berinteraksi dan terlibat dalam proses perencanaan dan penelitian mengenai sub fokus yang disiapkan untuk kemudian menghasilkan sebuah buku yang bertajuk The Resurgences of Religions in Souteast Asia: 1997-2011,†papar Wening (Humas UGM/Satria AN)