YOGYAKARTA – Salah satu penyakit parasit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah infeksi usus, terutama yang penularannya dengan perantaraan tanah. Kelompok Nematoda ini disebut geohelminths. Infeksi dengan geohelminths masih merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di daerah tropik pada masyarakat dengan keadaan sosial ekonomi rendah di pedesaan.
Terdapat tiga jenis Geohelminths yang menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat. Ketiga jenis golongan cacing yang dimaksud meliputi cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing kait (Hookworm).
Berdasarkan hasil penelitian Drs. Salakory Melianus, M.Kes., populasi telur dan larva geohelminths cukup beragam berdasarkan struktur jenis tanah dan tingkat kebasahan tanah serta faktor kebiasaan menjaga kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan tempat tinggal. Hal itulah yang mempengaruhi infeksi geohelminths.
Melianus menjelaskan hasil penelitiannya tentang prevalensi geohelmiths di Pulau Ambon menunjukkan ada perbedaan prevalensi infeksi geohelminths di tujuh satuan lahan di daerah permukiman pedesaan di Ambon. Menurutnya, perbedaan itu dipengaruhi oleh dinamika pertumbuhan telur, larva infeksi geohelminths di tanah, dan budaya penduduk. “Perbedaan prevalensi infeksi geohelminths di tujuh satuan lahan dengan permukiman pedesaan Pulau Ambon dan pengaruh dinamika pertumbuhan telur, larva infektif geohelminths di tanah, serta kebiasaan sanitasi dan kebersihan perorangan penduduk,” kata Melianus dalam ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktor di Fakultas Kedokteran, Selasa (21/12).
Dosen FKIP Universitas Pattimura Ambon ini menyebutkan perbedaan prevalensi cacing pada satuan lahan juga dipengaruhi oleh kebiasaan defekasi penduduk, tekstur tanah, pH air tanah, porositas tanah, kadar air lapangan, permeabilitas tanah pada jenis tanah alluvial, brunisem, gleisol, kambisol, litosol, podsolik dan rensina.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas 470 sampel tinja, diketahui bahwa prevalensi cacing gelang tertinggi terdapat di permukiman dengan lahan rensina. Sementara itu, prevalensi cacing cambuk di lahan podsolik dan cacing kait tertinggi terdapat di di lahan kambisol. Selanjutnya, prevalensi gabungan cacing gelang dan cacing cambuk terdapat di lahan gleisol. Infeksi gabungan cacing gelang dan cacing kait di satuan lahan alluvial. Kemudian, infeksi gabungan ketiganya juga terdapat pada satuan lahan alluvial.
Namun demikian, hasil penelitian pada struktur tanah ini, menurut Melianus, tidak sepenuhnya menjadi faktor prevalensi geohelminths. Ia menyebutkan faktor kebiasaan penduduk dalam menjaga kebersihan sangat mempengaruhi tingkat prevalensi.
Agar terhindar dari infeksi parasit ketiga cacing ini, ia menyarankan masyarakat agar selalu menjaga kesebersihan perorangan. “Di antaranya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah membuang air besar dengan menggunakan air dan sabun,” kata promovendus yang lulus doktor ke-1318 dari UGM ini. Selain itu, harus pula menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi, memasak air untuk diminum, memotong dan membersihkan kuku, serta selalu memakai alas kaki bila berjalan dan bekerja di tanah. (Humas UGM/Gusti Grehenson)