YOGYAKARTA – Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM menyelenggarakan orasi budaya bersama Emha Ainun Nadjib dan pentas Kyai Kanjeng, Rabu (29/12) malam. Orasi budaya yang digelar di PKKH kali ini mengusung tema “Untuk Indonesia dari Jogjaku yang Memang Istimewa”.
Menurut Ketua PKKH, Dr. Ida Rochani Adi, S.U., dalam orasinya, Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, akan merefleksikan berbagai persoalan sosial, politik, dan budaya yang tengah melanda Indonesia akhir-akhir ini. Acara orasi budaya didahului dengan pembacaan puisi oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D.
Selain orasi budaya, juga akan digelar pameran lukisan dari 102 perupa profesional, antara lain, Heri Dono, Joko Pekik, Edi Hara, Nasirun, dan Kartika Affandi. Pameran lukisan akan berlangsung hingga 3 Januari. “Kegiatan orasi budaya dan pameran seni rupa ini terbuka untuk umum,” kata Ida kepada wartawan, Selasa (28/12). Ikut mendampingi Ida dalam kesempatan tersebut, sastrawan Dr. Aprinus Salam, arsitek Dr. Ir. Sita Adhisakti, dan perupa Yuswantoro Adi.
Acara orasi budaya dan pameran lukisan ini merupakan awal dari rangkaian acara yang diagendakan oleh PKKH. Kegiatan pameran seni rupa rencananya akan dilaksanakan secara reguler, pagelaran sastra dan teater, serta festival musik. “Kita ingin mengangkat anak-anak muda sebagai seniman, sastrawan baru,” kata Aprinus Salam selaku koordinator acara orasi budaya.
Dikatakan Sita Adhisakti, kegiatan orasi budaya dan pameran seni rupa ini diharapkan mampu mengangkat PKKH sebagai salah satu kantong kesenian dan kebudayaan di Yogyakarta. “Kita ingin mengundang anak-anak muda untuk mengapresiasi karya-karya para seniman,” ujarnya.
Yuswantoro Adi mengatakan cukup banyak perupa dari Yogyakarta yang ingin mengikuti kegiatan pameran ini. Namun, pihaknya menyeleksi berbagai hasil karya yang masuk dan dipilih sekitar 102 karya lukisan dari 102 pelukis. “Sekitar 10 persen berasal dari kalangan akademisi,” ujarnya.
Ditambahkan Yuswantoro bahwa dibukanya PKKH untuk kegiatan pameran seni rupa sangat mendukung pengembangan kehidupan seni dan budaya di Yogyakarta karena di kota yang banyak terdapat seniman ini masih kurang galeri untuk pameran. (Humas UGM/Gusti Grehenson)